Di bawah Pohon Pinus

Ati Raah
Chapter #5

Berdering

Seorang pangeran datang membawa payung. Pesanku, jangan jatuh cinta.

Kalimat Rad sepertinya berkaitan dengan Rezan yang kini berada di hadapan Raina. Memegang payung dalam derasnya hujan yang tidak lagi sekadar rintikan.

"Kamu nggak boleh pergi sendiri. Hujannya makin deras. Aku antar, ya?" ulang Rezan disertai tawarannya.

Raina menggeleng. Raina bergerak ke samping, menjauh dari danau dan menghindari Rezan. Melihat Raina menjauh, Rezan kembali mendekat. Takut jika Raina terguyur air hujan.

"Pergi," ujar Raina lirih.

Alis Rezan saling bertaut, wajahnya menyiratkan tanya.

"Pergi, Rezan," ulang Raina yang kini memeluk tubuhnya sendiri karena dingin.

Mata Raina bergerak ke segala arah. Ke arah pepohonan, ke arah danau dan ke arah ilalang yang tumbuh lebat. "Dia masih di sini," ucap Raina bergetar.

"Apa? Siapa?" tanya Rezan yang mengikuti arah pandang Raina.

"Dia masih di sini. Dia mengawasi kita," jelas Raina. Bibirnya bergetar kala mengucapkan kalimat itu. Kalimat yang sarat akan kekhawatiran dan rasa takut.

Rezan mendekat selangkah, membuat Raina menjauh. "Hei, tenanglah Raina. Kamu kenapa?" tanya Rezan lagi.

"Menjauh dariku, Rezan," pinta Raina kalut.

Rezan hendak meraih tangan Raina, namun segera ditepisnya.

"Menjauh dariku atau kamu akan celaka!" teriak Raina seraya meninggalkan Rezan yang dilanda kebingungan. Raina terus menggerakkan kruknya lebih cepat. Tidak peduli tubuhnya yang basah diguyur hujan.

*

Hari ini tenggat pengumpulan formulir pendaftaran ekstrakurikuler sastra. Sebenarnya, Raina tidak terlalu suka. Dalam bayangannya, sastra akan mempelajari tentang puisi atau dongeng. Meski kenyataannya, tidak sesederhana itu. Sastra tidak ada dalam diri Raina.

Lihat selengkapnya