Kalian tahu rasanya menjadi bayangan?
Sebuah pantulan diri. Refleksi hitam yang seringkali diabaikan. Namun, apa jadinya jika bayangan berada di tempat gelap? Tidak terlihat. Tidak dianggap. Tidak ada bayangan tanpa sebuah sinar.
Seusai liburan, Kepala Sekolah mengumpulkan siswa dan siswi yang memeroleh peringkat tiga besar ke dalam sebuah ruangan, termasuk Raina. Kegiatan ini bertujuan untuk menyemangati siswa dan siswinya yang berprestasi, juga pemberian hadiah kecil. Terdapat delapan orang dalam ruangan. Tiga orang dari kelas sepuluh, tiga orang termasuk Raina dari kelas sebelas dan dua orang dari kelas dua belas. Ada wajah-wajah yang bertahan, ada pula wajah baru yang mencapai peringkat itu. Sementara, satu orang dari kelas dua belas tidak hadir. Bangku yang disiapkan untuknya sepanjang tiga semester yang Raina jalani, selalu kosong.
"Ah, dia nggak datang lagi. Padahal aku ingin sekali melihat wajahnya. Apakah dari kelasku atau dari kelas lain," celetuk Melvin, Si Peringkat Kedua dari kelas dua belas. Ia duduk di samping Raina.
"Siapa?" tanya Raina pelan.
Melvin sedikit terkejut Raina mendengarkannya. Padahal, ia sedang menggerutu sendiri. "Ya, siapa lagi. Peringkat pertama dari kelas dua belas. Dia selalu nggak muncul, anehnya kepala sekolah mentoleril dia. Aku yakin dia orang yang sama karena bangku itu selalu kosong," celetuk Melvin lagi.
Raina hanya bergumam sambil melihat bangku kosong di sebelah Melvin. Melvin pun melanjutkan tanpa diminta.
"Dia pasti bersekongkol dengan guru-guru atau juga kepala sekolah," ujarnya dengan alis yang saling bertaut.
"Maksudmu, dia curang?" tanya Raina. Sejujurnya, ia juga penasaran.
"Hah? Bukan begitu. Maksudku, bagaimana bisa identitasnya nggak pernah diketahui? Aku yakin dia berprestasi. Pasti dia sepakat dengan guru-guru agar nggak mengumumkan prestasinya."
Mungkinkah? Bukankah berprestasi adalah sesuatu yang bagus? Mengapa harus disembunyikan? Bahkan beberapa orang sengaja menunjukkan prestasi mereka di media sosial. Jika apa yang dikatakan Melvin benar, mungkin Si Peringkat Pertama dari kelas dua belas adalah orang yang rendah hati.
Melvin mulai memperhatikan Raina, meneliti wajahnya yang membuat Raina risih. "A-ada apa?" tanya Raina.
"Oh, nggak apa. Kamu... " Melvin tidak melanjutkan kalimatnya. Raina mengerutkan keningnya.
"Kenapa?" tanya Raina pelan.