Melvin mencondongkan tubuhnya, lantas berbisik pelan. "Rad, kamu terbuang. Kamu tersingkirkan."
Bugh!
Melvin tersungkur hanya dalam hitungan beberapa detik.
Melvin bangkit dari posisinya. Bercak ungu sedikit terlihat di wajahnya. Ia menepuk seragamnya pelan, menghilangkan debu yang menempel. Senyuman sinis terbit seketika.
"Aku pikir, kamu pandai menahan diri, Rad. Ternyata, dengan mengucapkan dua kalimat itu saja sudah cukup memancing amarahmu." Melvin membuang muka. Namun, ketika Rad hendak menuruni tangga dan bersikap acuh, Melvin menarik bahunya, lalu melayangkan pukulan balasan. Rad jatuh terduduk.
"Woah, aku benar-benar melakukannya." Melvin meregangkan kepalan tangannya. Ia berjongkok agar bisa menyamakan posisi Rad. "Aku nggak nyangka, orang sepertimu juga memiliki musuh. Tapi, nggak mengherankan lagi karena kamu sangat acuh pada sekitar."
Melvin berdiri, lalu menunjuk Rad yang sedang berusaha berdiri. "Yang itu nggak ada dalam naskah, tapi dia memperbolehkanku melakukan itu."
Rad memperbaiki seragamnya yang kusut, juga memperbaiki tata letak dasinya. "Aku rasa kita sudah cukup bermain-main," Rad mengerling ke arah name tag yang dipakai Melvin. Lalu, membacanya dengan suara rendah. "Bukan begitu, Melvin?"
Rad kembali berjalan santai ke arah tangga, hendak menuruninya. Belum sempat Rad melangkahkan kakinya lagi, tubuh Rad didorong ke arah tumpukan kayu dan besi yang terbengkalai. Rad meringis, rasa sakit mulai menjalar. Besi yang mencuat mengenai punggungnya, memberikan luka gores dengan darah segar yang mulai sedikit keluar. Dari pada menahan rasa sakit itu, Rad melepaskannya. Rad menyerah, membiarkan rasa sakit itu menjalar sepenuhnya. Ia memilih bersandar pada tumpukan kayu dan besi. Lalu, menatap atap yang dihiasi sarang laba-laba dengan pandangan lelah.
"Jangan pergi sebelum aku mengucapkan dialog kedua. Bagaimana rasanya ketika kamu dibuang dan disingkirkan? Orangtuamu sudah memiliki Raina. Lantas, mengapa kamu kembali?" tanya Melvin dengan senyum kemenangannnya.
Rad berusaha untuk tenang. Masih dalam posisi yang sama, ia menjawab tanpa menoleh pada Melvin. "Karena darah lebih kental daripada air."