Di bawah Pohon Pinus

Ati Raah
Chapter #19

Dia

Pandangan Rad terpaku pada pintu ruangan yang berhias manik-manik bunga. Sejenak, Rad ragu. Memasuki ruangan seseorang tanpa izin melanggar prinsipnya. Siapa pun itu. Terlebih, seorang perempuan.

Rad melirik jam di pergelangan tangannya. Pukul 4 sore. Butuh waktu 10 menit bagi Raina yang menaiki bus untuk sampai di rumah. Rad menghela napasnya perlahan. Ia mengeluarkan sebuah kawat dari kantong seragamnya. Rad membentuk kawat itu menyerupai kunci. Ia pernah mempelajarinya dari seseorang. Cara klise yang sudah banyak digunakan pada sebuah film. Rad bisa saja mendobrak pintu kamar Raina atau memanjat pohon untuk mencapai balkon. Namun, ia urungkan. Ia tidak ingin membuat keributan.

Hanya beberapa detik, pintu terbuka. Pandangan Rad lurus ke arah balkon seiring dengan langkahnya yang panjang. Ia tidak menoleh ke kanan atau ke kiri, juga tidak berminat meneliti sudut kamar Raina seperti yang pernah Raina lakukan.

Sampailah Rad pada balkon kamar Raina. Pandangannya mendongkak ke arah kamera pengawas yang terpasang. Kamera pengawas yang terarah pada pohon yang tumbuh tinggi di depan balkon kamar Raina. Dengan beberapa alat, Rad melepas kamera pengawas itu. Pantas saja, kamera itu tidak merekam apa pun. Rupanya, lensanya sengaja dihancurkan seseorang. Beruntung, Rad masih menyimpan rekaman yang menampilkan sosok yang mengintai Raina selain dirinya. Seseorang yang seperti mencari sesuatu yang tertinggal, jam tangan itu.

"Kamu bahkan memasang CCTV?"

Ucapan itu lantas membuat Rad menoleh. Raina yang berdiri di depan kamarnya melihat Rad tidak percaya.

Rad bergerak turun seraya menjawab pertanyaan Raina. "Aku melepasnya," jawab Rad mengacungkan kamera pengawas dalam genggamannya.

"Melepasnya berarti kamu sudah pernah memasang CCTV itu?"

Melihat Raina yang hendak melangkah masuk, Rad menyahut. "Jangan masuk," peringatnya yang membuat Raina mematung. "Aku yang keluar," lanjut Rad.

Rad merutukki dirinya. Perhitungan waktunya meleset, Raina sampai di rumah lima menit lebih cepat.

Setelah berada di luar kamar Raina, Raina pun mencecarnya dengan beragam pertanyaan.

"Di mana lagi kamu memasangnya? Di dalam kamarku?"

"Aku nggak segila itu," ucap Rad sambil membuang muka. Memasuki kamar seseorang tanpa izin saja sudah melanggar prinsip yang Rad buat, untuk apa Rad memasangnya di sebuah ruangan yang sarat akan privasi? Rad memang mengawasi Raina secara langsung, namun dari jauh. Biasanya, Rad akan memanjat pohon dan duduk di atasnya. Ia akan melihat gerak-gerik Raina dengan pandangan lurus ke arah pintu balkon atau setidaknya ia berada sejauh radius lima meter ketika Raina berada di luar rumah. Harus Rad akui jika ia juga memasang kamera pengawas, namun hanya di tempat-tempat tertentu. Seperti ruang tamu atau halaman depan rumah.

"Kapan kamu memasangnya?" tanya Raina lagi.

"Sehari setelah kamu terjatuh."

"Dan kamu ingin aku percaya itu?"

Rad menunduk, melihat Raina yang tidak lagi menunduk ketika bicara dengannya. Rad tersenyum tipis. "Suaramu nggak bergetar, kamu nggak takut lagi menatapku?"

Raina menghela napas pelan. Ia menghindari mata Rad.

"Kenapa kamu memasangnya?" Raina kembali bertanya.

"Apa yang membuatmu lebih berani?" Rad balik bertanya dengan pertanyaan yang tidak seirama. Dapat Rad lihat Raina menggenggam erat tas ransel yang berada di punggungnya.

Lihat selengkapnya