Pagi ini Kennie sudah siap dengan seragam sekolahnya yang sudah rapi. Setelah semua dianggap selesai. ia bergegas keluar dari kamarnya lalu ia menuruni anak tangga satu persatu. Kennie menuju ruang makan keluarga. Terdapat disana Ranty, Dody dan juga Dony yang tengah duduk. Serta pembantu yang tengah mempersiapkan sarapan pagi.
“Widihhhhh, adek gue pagi-pagi sudah rapi saja nihh” seru Dony heboh, membuat empunya tetap mengacuhkannya. Dony sudah terbiasa dengan sikap Kennie yang berubah-ubah. Kadang dingin kayak es batu, kadang juga cerianya kebangetan.
“Biasa aja kali” jawab Kennie acuh. lalu mengambil dua lembar roti serta selei strawberry kesukaannya.
“Mah, Pah. Kennie berangkat dulu ya” pamit Kennie sambil mencium punggung tangan kedua orang tuanya. Tetapi acuh pada Dony. Yang sedari tadi mengangkat tangannya untuk dicium oleh Kennie.
“Kok Abangnya nggak disalamin juga”
“Gak perlu, tangan Abang Jorok dan apek” ucap Kennie membuat Dony berdecak sebal pada adiknya itu. Dody dan Ranty hanya bisa menggeleng dan terkekeh saat melihat kedua anaknya.
Kennie keluar dari balik pintu utama rumahnya untuk menuju motor yang terparkir depan garasinya. Mengenakan helm pengaman lalu Ia menyalakan mesin dengan menstarter, dan melaju keluar dari perkarangan rumahnya.
Dengan kecepatan sedang Kennie menyusuri jalan yang di penuhi banyak kendaraan. Kennie masih tetap focus menatap jalan hingga akhirnya.
Brukkk
Kennie hampir saja jatuh dari motor jika ia tidak mengimbanginya. Ia menghentikan motornya di bibir jalan, seketika mobil yang menbraknya ikut berhenti, Kennie berjalan menghampiri lalu mengetuk keras jendela mobil. “Turun lo” dengan penuh amarah.
“Lo lagi, lo lagi, dan lagi-lagi elo ya” bentak Kennie saat melihat sosok yang keluar dari mobil itu adalah Ben.
Dengan wajah bingung Ben bertanya “Ada apaan sihh?, rusak mobil gue lo gedar-gedor” Ucap Ben kesal. Kennie mengembungkan kedua pipinya. Kenapa juga ia harus bertemu lagi. Dunia ini terasa amat sempit.
“kemarin lo tumpahin gue es jeruk, sekarang lo tabrak gue juga. Dan lo tidak minta maaf” ketus Kennie menatap Ben tidak suka. Ben hanya diam sambil memasang wajah smirknya. Bukannya, Ben tidak mau bertanggung wajab tetapi ia ingin dekat dengan cewek yang ditabraknya itu. Ben tersenyum miring “Kalau gitu, lo ikut gue. Biar motor lo, orang bengkel yang mengambilnya disini” ucapnya santai.
“Hah!, ikut lo. Ogah”
“Yaudah, sekarang lihat sudah jam berapa? Nanti telat. Dan gue tidak mau dihukum” Kennie melirik jam yang berada di pergelangan kirinya, Ya, jam sudah hampir 07.30. berarti setengah jam lagi masuk dan gerbang sekolah akan tertutup rapat. Kennie menarik nafas dalam lalu berkata “OK. Gue ikut” dengan amat terpaksa Kennie menuruti.
“Gitu Kek dari tadi” dengan senyum kemenangan Ben membukakan pintu mobil kepada Kennie. “Gue bisa sendiri” Ucap Kennie yang masih memasang wajah datarnya. Ben hanya bisa terdiam saat Kennie masuk kedalam mobil dan dilanjut olehnya.
Dengan kecepatan tinggi Ben mengendarai mobilnya, Kennie masih duduk diam menatap jendela tanpa menoleh sekalipun sementara Ben masih focus kedepan menatap jalan. Sesekali juga melirik Kennie yang tidak menoleh sekalipun padanya.
Hingga setengah jam kemudian Ben memasuki perkarangan sekolah dan memarkir mobilnya. Seketika Kennie keluar begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih pada Ben. Semua siswa terkejut melihat Ben dan Kennie datang bersamaan. Apalagi Kennie yang notabene anak pendiam yang sedingin kutub es.
Kennie berjalan sepanjang koridor menuju kelasnya. Banyak siswa yang memperhatikannya.
“Gercep juga nihh si kutub, gue juga pengen”
“gue juga mau sama, Ben”
“Si kutub bisa banget, Pake pelet apaan ya dia”