Ekskul futsal mendapat giliran kedua untuk berdemonstrasi. Anggota yang bertugas sudah ber-jersey dan bersepatu. Mereka ada sebelas orang. Namun yang akan turun ke lapangan hanya sepuluh orang. Satu di antaranya akan menjadi pembicara. Dia adalah Julian El Pahlevi. Anak-anak yang mengenalnya memanggil—
“Lian!”
Boy berlari ke arah laki-laki yang tengah sibuk melepas sepatu futsalnya.
“Oi!”
Lian otomatis mendongak sebentar dan balik melucuti sepatu. Boy adalah salah satu anggota yang akan berdemonstrasi. Seorang laki-laki dengan perawakan sedang, beralis tegas, dan jarang tersenyum. Boy menjabat sebagai ketua di ekskul futsal. Seseorang yang bertugas sebagai perantara coach Dery (sang pelatih) dengan anggota ekskul, terkait penyampaian informasi serta bertanggung jawab penuh atas anggota, dan seluruh pengadaan kegiatan ekskul futsal.
Kegiatan demonstrasi ini adalah proker ekskulnya yang terakhir karena Boy maupun Lian baru menduduki kelas paling tinggi di SMA, yang mana ujian sekolah dan persiapan masuk universitas akan jadi prioritas utama. Dengan demikian mereka harus berhenti dari segala kegiatan tambahan.
Boy dan Lian bertukar sepatu, karena sepatu futsal Boy masih basah. Kekasihnya, Lia sengaja menyiramnya kemarin di lapangan futsal. Penyebabnya adalah mulut pedas Boy. Ia berkomentar bahwa menari adalah kegiatan yang paling tidak berguna dibandingkan futsal.
“Pinjam dulu ya Bro!”
“Jaga baik-baik. Jangan sampai basah!”
Kelakar Lian. Ia mengikik. Nyatanya Lian tahu perihal tragedi sepatu basah Boy. Tidak hanya Lian sebetulnya namun semua anak-anak futsal turut menyaksikan. Mereka nyaris bertepuk tangan, heran bercampur kagum. Ternyata ada yang berani menyiram sepatu futsal Boy tepat di hadapannya.
“Sialan kau!”
Boy balas menampar lengan Lian.
Berakhirnya lagu Lovely milik Billie Eilish dan Khalid, berakhir pula demonstrasi ekskul dance. Mereka mempersembahkan tarian kontemporer yang mengesankan. Semua orang yang menyaksikan bertepuk tangan meriah. Beberapa penonton bahkan bersuit ria saking takjubnya. Walaupun terengah-engah dan banyak berkeringat, kelompok penampil tidak dapat menyembunyikan senyum semringahnya. Merasa puas dengan hasil kerja keras pun sambutan meriah penonton.
Lia mengajak anggota ekskul dance berbanjar dan saling bergandengan. Mereka membungkukkan badan bersamaan, kepada penonton yang menikmati performa dari awal hingga akhir. Adalah sekitar dua ratus orang yang menyaksikan. Beberapa di antaranya barangkali sudah menetapkan bahwa ekskul tari adalah yang terbaik. Lantaran terpesona dengan koreo kakak-kakak tingkat di muka.
Lian beringsut mendekati pembicara ekskul dance, mengambil alih microfon sebagai pembicara ekskul futsal. Boy, Lian, dan sembilan anggota lain turun ke lapangan. Lian mengawali demonstrasi dengan salam dan perkenalan masing-masing anggota. Ia tetap memperkenalkan diri sebagai wakil ketua ekskul futsal yang mendampingi Boy Dian
Andika. Karena memang pada saat itu ketua maupun wakil ekskul yang baru belum diputuskan.
...
“Anggota ekskul futsal SMAN 141 ini tidak hanya putra saja. Akan tetapi putri juga ada. Jumlahnya sama banyak dengan putera. Jadi untuk adik-adik cewek yang tertarik dengan ekskul futsal nggak perlu khawatir. Silakan datang ke ruang ekskul sepulang sekolah atau hubungi kontak yang tertera di poster futsal. Posternya sudah ditempel di mading pusat. Baik, selanjutnya kami akan menunjukkan sedikit latihan futsal yang biasa kami lakukan.”
Lian berpindah ke sisi lapangan mempersilakan kawan-kawannya bersiap untuk menunjukkan latihannya.
Broadcast adalah ekskul kedua Lian setelah futsal. Dengan begitu, tidak ada yang perlu dicemaskan tentang berkomunikasi untuk membentangkan perihal ekskul futsal di hadapan para khalayak. Berada di divisi radio sebelum menjabat wakil ketua ekskul broadcast membuatnya paham bagaimana cara kerjanya. Meski penyiar radio terlihat mengobrol sendiri dalam ruangan namun sebetulnya tidak selugu itu. Seorang penyiar tetap berlaku seolah-olah aku sedang mengobrol dengan seseorang, bercerita ataupun curhat. Oleh sebab itu, kata-kata begitu mulus meluncur dari mulut Lian. Ia mendemontrasikan ekskul yang diikutinya sejak kelas sepuluh. Lian menganggap penonton adalah para pendengar radio yang sedang ia siarkan hanya saja dengan cara yang berbeda.
Kesepuluh anggota mengawalinya dengan pemanasan. Pemanasan langsung menggunakan bola. Melakukan passing dan control. Keempat pembatas kun sudah dalam keadaan telungkup dan terpisah. Benda-benda itu membentuk persegi di tengah lapangan sebagai area yang akan digunakan pemanasan. Mereka terbagi dua kelompok. Saling berhadapan. Mereka berdiri dekat pembatas kun.