Terikat pita putih kecil pada ketiga tangkai lili putih. Adalah karya pemilik toko Alleta Bouquet. Alin pemesannya. Buket sederhana itu akan ia hadiahkan untuk seseorang setelah ini.
“Terima kasih Pak.”
“Sama-sama. Terima kasih kembali.”
Balas pemilik toko. Ia menerima lembar uang tunai yang dijulurkan Alin.
Alin ragu seseorang yang diberi hadiah akan menerima dengan senang hati. Meski kedatangan perasaaan begitu, ia bakal tetap melakukannya. Ketulusan adalah yang utama, bukan kemewahan. Lantas buket itu ia masukkan dalam tas dan kembali mengayuh sepeda barunya menuju sekolah. Melihat Pandu saban hari berangkat sekolah menaiki sepeda membuat Alin tergiur juga. Ia membeli sepeda yang mirip kepunyaan Pandu. Sebab Pandu bilang, Polyxon adalah yang terbaik.
Polyxon terparkir rapi di sisi motor-motor. Alin berjalan santai ke lapangan futsal. Lian sudah sampai rupanya. Ia menunduk, tengah memeriksa ponsel. Jantung Alin seperti akan melompat keluar. Insecure tiba-tiba saja menghinggapi diri. Takut bila ia tidak siap dengan reaksi Lian nanti. Gimana kalau buketnya langsung di buang di depan muka aku? Gimana kalau dia marah karena dia benci lili? Gimana kalau dia alergi bunga? Ah kenapa aku jadi sok tahu begini, nggak nanya dulu bunga kesukaan Kak Lian.
Alin menggeram frustasi. Pikiran-pikiran buruk mengacaukan semuanya.
“Alin! Yuk langsung pemanasan!”
Panggil Lian. Sudah terlambat jika akan berbalik meninggalkan lapangan. Padahal Alin berniat membuang lili ke tempat sampah.
“Bawa apa itu?”
Jelas Lian langsung tahu. Kepala lili menyembul tinggi di balik punggungnya. Ransel mini milik Alin gagal menyembunyikannya. Sebagai gantinya, Alin merespon pertanyaan Lian dengan tawa sumbang. Ia terpaksa menarik lili dari tasnya, sebab semuanya sudah terlanjur. Tidak ada pilihan lain lagi. Alin mesti menyerahkannya.
“Buat Kakak.”
Lantas menunduk lantaran keberaniannya telah surut. Takut beradu mata dengan Lian. Sampai-sampai melewatkan legit senyuman Lian sewaktu menerima sebuket bunga sederhana nan menawan itu.
“Wow! Dalam rangka apa nih?”
Tanya Lian terkejut. Ia mengamati dan menghirup pucuk lili dengan hati-hati. Baru kali ini ia dihadiahi buket bunga.
“Ucapan terima kasih?”
Ujarnya lekat akan keragu-raguan.
“Untuk?”
“Anu…”
Kalimat-kalimat yang telah disusun berubah berserakan dalam kepala Alin. Ia mendadak bingung ingin mengatakan apa. Bersamaan, hangat menjalari tengkuk karena beberapa kali menggesekan telapak tangannya di sana.
“Oh, aku tahu. Ini ucapan terima kasih dari murid ke guru. Gitu kan maksud kamu?”
Lian mengangguk-angguk yakin. Yang ia ucap bukanlah tebakan liar. Lian pernah mengalami kejadian serupa bersama murid-murid futsalnya tahun lalu. Bedanya dulu ia diberi t-shirt oleh mereka.
“Yah! Benar!”
Bohong Alin. Ia kehabisan kata-kata.
“Makasih ya!”
Balasnya senang. Sementara Alin tampak sedikit terkejut sebab Lian menyentuh puncak kepalanya gemas. Manis sekali perlakuan gadis di hadapannya ini pikirnya. Sampai memberi bunga sebagai ucapan terima kasih.
“Kakak suka?”
“Suka dong. Bunganya cantik. Wangi lagi.”
Bolak-balik Lian menciuminya. Kini Alin dapat bernapas lega. Nyaris saja kembang cantik itu menghiasi lubang tempat sampah. Alin merutuki pikiran ngawur yang sempat terbesit tadi. Terbayang bagaimana sedihnya bila pemilik toko tahu lili yang ia besarkan dengan telaten dan susah payah terbuang sia-sia. Tentu Alin tidak akan tega.
“Sampai rumah bunganya langsung taruh dalam vas yang isinya air Kak. Biar agak tahan lama.”
Alin menyampaikan sebaris pesan verbal dari penjual bunga tadi. Informasi yang berguna bagi Lian. Ia akan mengingatnya dengan baik. Lagipula ia juga tidak ingin jikalau bunga potong itu cepat layu.
“Kita mulai sekarang?”
Alin mengangguk setuju. Ia ingin segera berpindah momen. Mengenyahkan perasaan malu-malu sebab pemberiannya diterima dengan sukacita oleh Lian. Bunga itu sekarang menempati ransel Lian.
Materi futsal pertemuan hari ini adalah chipping. Teknik mengumpan bola lambung. Mula-mula pemanasan statis dilakukan. Lanjut pemanasan dinamis. Tepat lima belas menit kemudian, barulah pengajaran chipping dimulai.
“Chipping digunakan untuk melewati lawan yang memblok jalur operan bawah. Kamu bayangkan di tengah sini ada lawan. Siap-siap aku mau ngoper bola ke kamu!”
Alin fokus. Bola melambung ke arahnya, dan ia pun mengamankan dengan kedua kakinya.