Keberangkatan Alin ke Surabaya ditemani Okan dan Berlian. Pandu di rumah sendirian. Berlian memperbolehkan Pandu untuk mengundang beberapa temannya ke rumah jika merasa kesepian. Okan bilang, kemungkinan mereka pulang malam atau bila terlalu lelah akan menginap semalam di tempat kakek. Pandu hanya mengiyakannya. Restoran Agatha tutup, sehingga untuk sementara waktu para pelanggan disarankan mencari alternatif lain jika benar-benar menginginkan seafood. Begitulah tulisan informatif yang berdiri di depan pintu resto. Diakhiri dengan gambar kedua tangan menangkup dan tulisan permintaan maaf.
Penyidik menepati janji. Dua petugas kepolisian sudah menunggu di depan gerbang. Mereka berangkat pagi-pagi sekali. Bersamaan dengan Pandu yang berangkat sekolah. Alin tidak dapat mengikuti pelajaran hari ini. Ia telah menyerahkan surat ijin pada sekolah kemarin yang ditandatangani pihak kepolisian langsung. Mobil Okan meluncur lebih dulu, sementara mobil petugas mengikuti di belakang. Tujuan mereka adalah Polrestabes Surabaya. Selama perjalanan, Alin lebih banyak tidur. Ia tidak telalu gugup karena ada Berlian dan Okan yang mendampingi. Pergi ke Surabaya bak liburan bagi Alin. Empat jam lama perjalanan, mereka sampai dengan selamat. Tidak ada kejadian aneh di jalanan yang mereka lewati, semuanya aman.
Pertanyaan pertama adalah konfirmasi tentang rekaman video pembulian Lani. Alin membenarkan bahwa ia sendiri yang merekamnya.
“Sebenarnya masih banyak pembulian yang gadis-gadis itu lakukan pada sahabat saya. Hanya saja tidak terekam. Saya tahu karena sahabat saya menjadikan saya sebagai tempat bercerita.”
Penyidik kemudian memintanya untuk membeberkan segalanya. Alin pun memulainya dengan betapa sering mereka menyembunyikan perlengkapan sekolah Lani. Barang-barang itu akan Lani temukan beberapa hari kemudian di tempat sampah kelas. Alin menceritakan gangguan-gangguan itu dari yang level ringan hingga terberat yang mana sampai melukai fisik Lani.
“Lalu apa yang menyebabkan kamu dan teman-teman lain tidak melapor.”
“Saya kurang tahu dengan alasan teman-teman lain tapi kalau saya karena tidak mau terlibat masalah di sekolah.”
Kejujuran yang setengah-setengah. Sebab alasan sesungguhnya adalah karena Alin takut Okan akan murka jika ia terlibat dengan persoalan siswa lain di sekolah. Okan sudah memberi peringatan terlebih dahulu sebelum Alin masuk sekolah di hari pertama. Kejadian Alin yang hampir dikeluarkan saat sekolah dasar adalah pemicu Okan bersikap demikian. Alin pernah dengan brutal memukuli teman lelakinya di kelas dengan payung. Teman lelakinya itu memang sering mengganggu Alin. Menyembunyikan sepatu, menggantung roknya di pintu saat jam olahraga, mengambil pensil bulunya, mengolok Alin jelek karena lemak bayi di sekitar pipinya, terakhir adalah menarik ikat rambut Alin yang sudah terpasang rapi. Guru sekolah dasar yang menangani itu sangat tidak adil menurut Alin. Ia seperti berat sebelah sebab orang tua lelaki itu pernah memberinya amplop. Ketika Alin membantah dan menyebutkan soal amplop, guru itu makin marah dan mengancam akan mengeluarkan Alin. Bukannya membela Alin, Okan memilih untuk menundukkan kepala dan meminta maaf atas nama Alin. Alin pun tidak jadi dikeluarkan. Pulang ke rumah Alin kena marah Okan dan ia dihukum tidak boleh keluar dari kamar selama berhari-hari kecuali ketika sekolah, makan, buang air, dan les pelajaran sekolah.
“Bagaimana dengan Lani? Apa ia tidak mempertimbangkan untuk melapor?”
“Lani bilang pak Banyu tidak menindaklanjut laporannya. Pembuli-pembuli itu tetap melakukan kejahatan pada Lani meskipun Lani sudah melapor. Mereka tidak dihukum dan tetap bebas melakukan yang mereka inginkan.”
Pernyataan pak Banyu tempo hari terverifikasi benar. Penyidik hanya memastikan sekali lagi pada Alin.
“Sebelum Lani ditemukan meninggal, apakah ia sudah menunjukkan tanda-tanda akan melakukan bunuh diri?”
Alin pun mengingat-ingat. Memori ketika ia mengobrol bersama Lani di taman belakang sekolah akhirnya datang. Itu adalah terakhir kalinya Alin bertemu dengan Lani.
“Saya tidak tahu pasti apakah itu adalah sebuah tanda dari Lani. Dia pernah bilang bahwa dia akan istirahat karena dia sudah lelah dengan Anthasena. Saya kira pada waktu itu dia akan pindah sekolah. Jadi saya menyemangatinya dan sikap saya menunjukkan kalau saya setuju jika ia memutuskan untuk pindah. Tapi sepertinya saya salah paham karena esoknya Lani meninggal.”
Alin mengedip-ngedipkan matanya cepat agar air matanya urung keluar. Ia tidak mau terbawa perasaan sebelum seluruh pertanyaan terjawab. Hal itu berlanjut hingga dua jam lamanya. Dirasa bukti-bukti sudah lengkap maka proses penyidikan pun diakhiri. Penyidik mengatakan Alin akan mendapat surat undangan lagi untuk bersaksi di pengadilan nanti.
***
Orang pertama yang ditemui Rosiana adalah pak Banyu. Dulu Pak Banyu adalah mantan orangnya yang paling setia. Pak Banyu sangat menyukai uang. Kepatuhannya pada perintah Rosiana atas dasar iming-iming itu. Akan tetapi kesetiaannya telah berpaling selepas keluar dari Anthasena. Kini ia memiliki atasan baru. Seorang rival bisnis dari Rosiana. Rosiana tidak tahu akan hal itu. Ia menyayangkan ketika pak Banyu memutuskan mengundurkan diri dari Anthasena. Ia beralasan istrinya sakit sehingga harus pulang ke kota asalnya. Rosiana percaya dan memberikan pesangon lumayan banyak. Upah dari kesetiaannya.
Mereka bertemu di restoran langganan pak Banyu. Rosiana tidak tahu jika janji temu itu telah diketahui polisi. Pak Banyu yang mengatakannya pada kepolisian. Pak Banyu dilanda perasaan takut sehingga harus melakukan tindakan pencegahan itu. Dua petugas pun diutus untuk turut berada di sekitar Pak Banyu. Mereka menyamar sebagai pelanggan restoran. Saat Rosiana belum datang, dua petugas itu sudah tiba lebih dulu bersama pak Banyu. Mereka duduk tepat di belakang meja pesanan Pak Banyu dan Rosiana.
Rosiana datang mengenakan gaun hijau menutupi lutut. Gaun bergaya kasual dan bermotif daun kecil-kecil penuh di bagian lengan. Ikat pinggang berbahan kulit melingkar di pinggulnya. Kaca mata hitam yang ia pakai untuk berlindung dari kilau matahari, ia lepas begitu sampai di tempat duduknya. Ia bersalaman dengan pak Banyu seraya menjawab pertanyaan soal kabar.