Dua hari setelah insiden kopi tumpah yang memalukan itu, kehidupan Anya kembali normal, setidaknya begitulah ia pikir. Ia masih disibukkan dengan kegiatan sehari-harinya sebagai seorang content creator lepas, yang berarti sebagian besar waktunya dihabiskan di depan laptop, sesekali melirik notifikasi belanja daring yang selalu menggoda. Namun, ada satu hal yang berbeda: setiap kali ia melihat logo oranye Shopee, wajah Reza, si kurir tampan dengan senyum sabar itu, langsung terlintas di benaknya. Ia akan meringis malu sendiri, membayangkan kembali betapa cerobohnya ia pagi itu.
"Hadeh, Anya, kenapa sih kamu harus bikin ulah di depan cowok ganteng?" gumamnya suatu sore sambil menendang-nendang bantal sofa.
Temannya, Clara, yang sedang asyik bermain gim di ponselnya, hanya melirik sekilas.
"Kenapa sih, Nya? Mikirin mantan lagi?" goda Clara tanpa mengalihkan pandangan dari layar.
"Bukan!" Anya cemberut. "Ini tentang... kurir paket. Yang kemaren. Aku numpahin kopi ke dia."
Clara langsung menoleh, matanya berbinar. "Oh, kurir yang kamu bilang ganteng itu? Cieee, sudah progress nih sampai numpahin kopi! Itu sih namanya modus, Nya!"
"Apaan sih! Nggak sengaja tau!" Anya melempar bantal ke arah Clara, yang disambut tawa geli.
"Dia itu sabar banget, Clar. Aku sudah bikin dia repot berkali-kali tapi nggak pernah marah."
Clara hanya mengangkat bahu. "Ya bagus dong. Pertanda baik, kan? Udah kenalan belum namanya siapa?"
Anya mengerutkan kening. "Reza, kalau tidak salah. Aku lihat di tanda terima. Tapi mana mungkin aku minta nomornya, gila kali!"
"Ya kali aja jodoh, Nya," timpal Clara santai, kembali fokus pada gimnya. Anya mendengus, tapi diam-diam, pikiran tentang Reza memang mulai sering mengganggu fokusnya.
Pagi berikutnya, notifikasi Shopee kembali berbunyi. Kali ini Anya memesan peralatan melukis dan beberapa plant pot lucu. Karena sedang ada diskon gratis ongkir, ia kalap saja memasukkan semua ke keranjang. Tanpa memeriksa kembali alamat pengiriman. Sebuah kebiashannya yang buruk.
"Kurir sedang menuju lokasi Anda."
Anya membaca notifikasi itu sambil menyeruput teh hangatnya. Jantungnya berdesir samar. Mungkinkah Reza lagi? Rasanya seperti menunggu undian berhadiah.
Di sisi lain kota, Reza melaju dengan motornya yang sudah menjadi teman setianya setiap hari. Setelah pengiriman pagi ini selesai, ia bisa istirahat sejenak. Ia melihat daftar alamat berikutnya di aplikasi. Nomor 17A, Jalan Kenanga. "Hm, kayaknya kenal," gumamnya.
Ketika ia melihat nama penerima, "Anya," sebuah senyum tipis tersungging di bibirnya. Si pelanggan unik yang menumpahkan kopi. Ia jadi penasaran, kekacauan apalagi yang akan terjadi hari ini?