Sebelum pergi ke lantai 3, aku melangkah menuju TV kecil yang berada di ruang tamu, lalu kunyalakan TV itu sambil menyimak baik-baik berita tentang Indonesia, aku mengunyah sepotong roti coklat perlahan dan menyeruput secangkir kopi yang kubuat sendiri.
Dalam tayangan berita di televisi Singapura memberitakan, bahwa selama 3 hari berturut-turut terjadi kerusuhan di Indonesia, sudah ada 499 korban tewas dan 1000 orang perusuh ditangkap oleh polisi, ABRI hanya dapat meminta maaf, akibat dari kegagalannya mengatasi kekacauan yang terjadi. Namun, presiden belum juga berganti dan dari kabar yang beredar akan diadakan perombakan terhadap Kabinet Pembangunan (Reshuffle Kabinet) VII.
Tak hanya kerusuhan di Jakarta yang menuntut pergantian orde, akhirnya terjadi kerusuhan juga di Medan, selain itu terjadi demonstrasi mahasiswa. Kerusuhan ini dampak dari aksi damai yang dilakukan oleh dosen dan demonstrasi mahasiswa di depan kantor DPRD Provinsi Sumatera Utara. Mereka juga menuntut, agar mengusut tuntas kasus kekerasan seksual terhadap mahasiswi IKIP Medan yang menjadi korban.
Suasana di Jabodetabek juga nasih mencekam, toko-toko masih banyak yang tutup, dan sebagian orang belum berani ke luar rumah.
Sudah banyak terjadi pelanggaran HAM dengan penculikan aktivis dan penembakan mahasiswa, politikus-politikus tak berbuat banyak dan tak pernah diusut.Kerusuhan, pembakaran, penjarahan, dan pemerkosaan menjadi pelanggaran HAM di negara Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Sungguh ironis! Saat kerusuhan terjadi banyak jasad yang rusak dan tak dapat dikenali lagi yang merupakan korban kerusuhan Mei 1998 di Jakarta, meskipun demikian jasad-jasad yang rusak tetap mendapatkan pemakaman massal yang layak di TPU Pondok Ranggon.
Aku terbengong-bengong beberapa saat melihat tayangan berita televisi Singapura, berita yang sangat menghebohkan, ada wawancara langsung dengan beberapa orang yang tampak terluka, karena mengalami kekerasan fisik. Kisah-kisah kelam dan mengerikan terus mengalir begitu saja dan tayangan berita televisi Singapura memberitakannya tanpa henti. Diberitakan pula jumlah penerbangan makin sibuk dengan banyaknya penerbangan tambahan khususnya ke Singapura dan Malaysia. Sekarang restoran di terminal harus tutup, mereka kehabisan persediaan bahan makanan dan pasokannya terhambat yang disebabkan oleh terhambatnya transportasi.
Diberitakan pula, situasi Bandara Soekarno Hatta khususnya calon penumpang terminal 2, mereka datang tanpa punya tiket, sebab tak sempat membawa uang, akhirnya mereka harus menjual mobilnya dengan harga seadanya dan aku termasuk orang yang beruntung, karena dengan mudah mendapatkan tiket dan bekal uang yang cukup. Itu semua berkat bantuan Pak dan Bu RT, orang-orang yang baik hati. Aku benar-benar bersyukur dapat bertemu dengan orang-orang baik seperti Pak dan Bu RT.
Selain itu banyak tanggapan negatif oleh masyarakat Singapura sendiri tentang kerusuhan yang terjadi di Indonesia, ketika aku mendengarkan langsung wawancara di televisi Singapura dengan orang Singapura, sewaktu berdialog mengenai masalah kerusuhan di Indonesia.
Sedang asyik-asyiknya menonton tayangan berita di TV, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu,”Tok-tok!”
“Assalamu’alaukum!” Ada suara Kak Aksan di balik pintu.