Selesai makan malam, baru saja aku rebahan di tempat tidur ingin beristirahat sejenak. Lumayan melelahkan, setelah hampir seharian melakukan kegiatan konseling bagi korban-korban kekerasan seksual pada perempuan etnis Tionghoa untuk membantu tim relawan. Tiba-tiba aku menjadi tegang, saat mendengar suara Nindy di seberang sana, karena aku akan mendapatkan berita lengkap tentang kerusuhan yang terjadi di Indonesia serta berharap Nindy mendapatkan kabar tentang keberadaan dan keadaan emak dan bapak.
“Terus terang gue khawatir dengan keadaan lo, sebab lo belum dapat kabar tentang kedua orangtua lo. Gue kerjasama dengan Oom Adi untuk mencari kabar tentang keberadaan dan keadaan kedua orangtua lo,”kata Nindy dengan nada khawatir.
“Hasilnya gimana?”potongku cepat, karena sudah tak sabar mendengar kabarnya.
“Lo enggak perlu khawatir berlebihan. Alhamdulillah, mereka baik dan sehat2 aja koq. Berkat kegigihan Oom Adi, akhirnya kita mendapatkan informasi, bahwa sekarang kedua orangtua lo menumpang sementara di rumah Pakde Sastro di Bogor, kakak dari emak lo,”ujar Nindy panjang lebar.
“Makasih Nindy, lo emang sahabat gue yang paling baik dan penuh perhatian sama gue. Tolong sampaikan juga rasa terma kasih gue ke Pak RT eh maksud gue ke Oom Adi,”ucapku dengan terharu sambil menarik napas panjang, lega.
“Oh ya, bagaimana kabar kerusuhan di Indonesia saat ini?”tanyaku singkat. Menurutku, aku tidak dapat begitu saja percaya pada berita di TV atau koran, sebab berita di media bisa ditambah-tambahkan atau dikurangi, tetapi berita yang disampaikan oleh teman sendiri lebih dapat dipercaya atau akurat.
“Situasi kerusuhan di Indonesia makin memanas. Kerusuhan masih terjadi di mana-mana membuat gue enggak berani pergi ke luar rumah. Gue juga dilarang sama nyokap dan bokap gue untuk ikut demonstrasi, lagipula gue masih trauma dengan peristiwa di kampus tanggal 12 Mei lalu,”kata Nindy dengan suara serak.