Kepingan Luka Berdarah Kisah Mei 1998

Suhra Milhantri
Chapter #11

BAB XI Mencari Donasi Untuk Indonesia Dengan Rencana Menyelenggarakan Bazaar Bekerjasama Dengan KBRI Di Singapura (19 Mei 1998)

                  Tiba-tiba pukul 6 pagi telepon berdering yang membuat jantungku berdetak kencang. Baru saja selesai mandi, lalu berpakaian,  dengan terburu-buru aku mengambil telepon di meja, lalu mengangkatnya sambil berkata,”Assalamu’alaikum.”

                    “Wa’alaikumsalam. Kamu sudah bangun?”tanya Kak Aksan dengan nada serius.

                    “Sudah bangun, Kak Aksan. Malahan aku sudah mandi,”jawabku bingung, karena pagi-pagi Kak Aksan meneleponku. “Tumben telepon pagi-pagi.” Aku membatin di dalam hati.

                     “Nanti pukul 7 pagi ada rapat penting di sini.Kamu enggak usah sarapan pagi dulu, kita sarapan pagi bersama-sama,”kata Kak Aksan tegas.

                    “Baik Kak Aksan. Aku beres-beres sebentar ya,”ucapku pendek.

                    “Jangan sampai telat. Jam 7 kurang sudah sampai di sini,”ujar Kak Aksan mengingatkanku. 

                     Akhirnya selesai juga aku merapikan semua yang berantakan, kemudian aku melangkahkan kakiku menuju lift dan memencet tombol angka 3. Lega rasanya, tiba di lantai 3 aku melihat angka di jam tanganku pukul 7 kurang seperempat, artinya aku tidak datang terlambat.  

                     Begitu masuk, aku langsung disambut oleh Kak Gea dengan senyuman manisnya.

                    “Ayo masuk, kita semua sudah menunggumu untuk sarapan pagi bersama. Jarang-jarang kita makan sarapan pagi bersama-sama, biasanya sendiri-sendiri saja,”ajak Kak Gea  sambil tersenyum lebar padaku, lalu aku mengangguk mengikuti di belakangnya.         

                     Tampak Kak Aksan dan teman-teman dari tim relawan duduk dengan rapi di samping meja makan yang panjang. Di atas meja makan itu telah tersaji nasi uduk, irisan-irisan kecil telur dadar, mentimun yang sudah diiris tipis, ayam goreng, dan krupuk. Dilengkapi dengan sambal kacang yang menggugah selera makanku. Tiba-tiba aku merasakan kerinduan pada negaraku, Indonesia tercinta juga emak dan bapak yang membuat mataku berkaca-kaca.

                     Kemudian Kak Aksan melambaikan tangan padaku, agar aku duduk di kursi yang kosong yang berada di sampingnya. Aku datang menghampirinya dan duduk di kursi itu seraya berkata padanya,”Makasih Kak Aksan.”

                     Kak Aksan hanya membalas dengan senyuman, tanpa berkata sepatah kata pun.  Lalu ia mempersilakan kami untuk mulai menyantap makanan sarapan pagi. Hanya membutuhkan waktu 10 menit, kami telah menghabiskan sarapan pagi dan dalam waktu 5 menit kami bersantai sebentar sembari menyeruput kopi atau teh hangat. Tepat pukul 7 pagi rapat dimulai dan Kak Aksan yang memimpin rapat tersebut.

                  “Assalamu’alaikum, selamat pagi teman-teman semua…” Suara Kak Aksan terdengar menggelegar sebagai tanda rapat sudah dimulai.

Lihat selengkapnya