Kepompong

penulis kacangan
Chapter #1

Prolog



Pemandangan di puncak gunung terlihat indahnya sudah seperti ini, kebayangkan indahnya merajut masa depan bersama Jung Kook. Astaga! Pikiranku emang penuh halu, kalau sudah duduk di depan teras rumah.

Berkali-kali aku, menghirup aroma udara yang masih asri, karena daerah pedesaan rumahku berada di bawah kaki gunung. Tepatnya di rumah bibi, tak berlebihan jika bibi layak digelari wanita tangguh. Meski hanya membuka sebuah kedai kopi kecil, namun itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan kami.


Tak jarang pula aku selalu membantu di kedai, hingga tanpa sadar terbekali keahlian meracik kopi yang tidak kalah dengannya.


Salah satu hal yang istimewa racikan kopiku adalah mampu membuat seseorang jatuh cinta dengan secangkir kopi. Seperti sahabatku yang dulunya tak pernah suka kopi jadi pecinta kopi.


Dia bernama Vialin Anditia, aku bersahabat telah cukup lama, sejak dalam kandungan. Tapi bo'ong.


Pertama kali pindah ke desa, dialah orang pertama yang kukenal. Ya, masih zamannya main pakai kancut saja. Mainnya masih digendong bibi dan Via digendong mamanya. Kami juga selalu satu sekolah, sampai sekarang dan kami selalu satu kelas dari SMP sampai SMA. Buat yang bertanya kok bisa?

Lihat selengkapnya