Haruskah menahan perasaan
Apabila bahagia itu melukai sahabatku sendiri?
**
"Bisa gak kalau manggil gak pakai ngagetin."
"Sorry, Ra ... aku cuma bingung aja, ini catatan siapa ya?" Via bertanya antusias.
Aku hanya mengangkat kedua bahu sebagai jawaban untuknya.
Meski seolah acuh dengan misteri buku siapa itu, dalam diam pikiran ingin menyelidik pemiliknya, dan memiliki motif apa? Seiring jam pelajar berjalan hingga tiba waktunya jam istirahat.
Hingga tanpa sadar sepuluh menit, jam istirahat telah berlalu. Tubuh ini diam tak bergeming menikmati sejuknya angin di bawah pohon Mahoni depan perpustakaan. Ini tepat favorit untuk melakukan rutinitasku untuk membaca novel kesukaan.
Di mana semua penghuni di sekolahku ke kantin favorit mereka masing-masing, termasuk Via. Mungkin! Hanya diri sendirilah yang tidak ke kantin untuk makan atau nimbrung di sana. Karena ada bekal yang sudah di siapkan yang diolah oleh bibi.
Tak lama setelah bekalku makan. Kubuka novel yang belum selesai terbaca, saat itu juga Via datang menghampiri dan duduk di sebelahku.
Kulirik kilat dirinya tampak asyik memainkan ponsel.
"Bungaaaa!"
Aku menoleh dan mengernyit sesaat dirinya melihatkan layar ponsel.
Tampak sebuah story instagramnya Angga, dia menuliskan mau pindah ke sekolah Cerah.
"Ya, tuhan!" celetukku sambil menutup novel.
"Kenapa Bunga?" tanyanya kaget, kedua matanya yang menatap layar ponsel beralih terbelalak ke arahku.