Tepatnya malam hari di rumah seorang gadis bernama Titha pramulya di Lampung, si Titha sedang berdebat dengan kedua orang tuanya.
"Tapi Titha gak mau di rumah sendirian, terus si bibi lagi pulang kampung lagi, kan bosen yah dirumah," keluh Titha pada ayahnya yang akan pergi ke luar kota untuk pekerjaan kantornya.
kemudian ayahnya Titha atau yang sering di panggil Pak Candra menjawab sautan dari anaknya.
"Iya mau bagaimana lagi Titha ... Ayahkan sudah bilang, ayah ke Amerika bukan untuk liburan, tapi ayah kesana untuk mengkoordinasi cabang perusahaan kita yang ada disana, udah deh ... kamu gak usah cemberut gitu ... ntar kalau ayah udah pulang kita liburan ke kampungnya Bi Mur, gimana?" ucap ayahnya Thita.
Titha dengan muka cemberutnya yang memesona itu duduk di sofa dan memainkan pengeras suara radio, sedangkan ayahnya Pak Candra pergi ke kamarnya untuk beristirahat.
"Ya udah ... ayah mau ke kamar dulu, takutnya besok ayah ketinggalan pesawat," ucap Pak Candra sambil pergi.
Titha dengan muka cemberutnya hanya mendengarkan radio dan tidak memedulikan perkataan dari ayahnya.
Ibu Titha menghampiri Titha sambil memeluk Titha.
"Udahlah ... bener kata ayahmu, kita tunggu ayah pulang lalu ke kampungnya Bi Mur, yah ...," ucap Ibu Titha sambil mengelus-elus rambut anaknya.
Titha mematikan radionya dan menatap ibunya.
"Tapi ... Bu ... Ini udah yang kedua kalinya, masa tahun ini di tunda juga, padahal di kampung Bibi di Kerinci katanya alamnya bagus," desah Titha pada ibunya.
Ibu Titha ya ... cuma bisa menenangkan Titha.
"Ya ... kamu sabar aja, setelah ayah pulang kita langsung pergi liburan ke kampungnya Bibi, ya ...," saut ibunya.
Setelah Titha dan ibunya berbincang di ruang keluarga, merekapun pergi ke kamar masing-masing dan tidur.
Keesokan harinya.
Di awali dengan bunyi jam weker, ayah Titha bangun dan tergesa-gesa pergi ke kamar mandi.
"Waduh ... Telat aku, Buk.. Ibuk ... cepat Buk, ayah udah telat nih ...," ayah Titha mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi.
Ibu Titha menjawab dari dalam kamar mandi.
"Bentar yah, ini lagi nyampo," saut Ibu Titha.
Sedangkan Titha masih terbaring pulas di kamarnya, ia tidak tidur semalaman karena memikirkan dan penasaran akan kampung halaman Bi Mur, saking penasarannya, Titha terbawa mimpi akan kampung halamannya Bi Mur, ia seakan sedang melintasi pohon-pohon besar yang rindang, dengan suara gelincing kaleng-kaleng dari pengusir unggas di tepian sawah, melihat danau dengan ombak yang tenang, bukit-bukit nan hijau seperti berbaris seakan-akan sedang menyembah Tuhan bersama-sama.
"Kringg ... Kringg ...."
Jam weker Titha berdering, ia pun terbangun dari mimpi indahnya itu, belum sempat merapikan tempat tidur, Ibu Titha sudah memanggilnya dari lantai bawah.
"Titha ... Titha ... bangun nak, kita mau pergi ke bandara ngantar ayah," ucap Ibunya.
Mendengar panggil Ibunya, Titha bergegas bangun tanpa merapikan tempat tidur.
"Iya Buk ... Ini lagi pake jilbab," saut Titha yang baru masuk ke kamar mandi.
Dilantai bawah. Ayah Titha keluar dari kamarnya dengan jas dan gaya rambut yang bagaikan gelombang laut dan pantulan cahaya matahari yang mengenainya, licin dan bergelombang.
"Buk ... Titha mana? ini bapak udah telat," desah ayah Titha.
Ibu Titha pun ke lantai atas menghampiri si Titha.
"Ya udah, ayah tunggu sini, Titha ... Titha ... Kamu ngapain di atas sana nak ...," panggil Ibu Titha menaiki anak tangga satu-persatu.
Di kamar. Titha sedang mengenakan jilbabnya sambil berkaca di cermin lemarinya.
"Iya Buk ... Ini Titha lagi pake jilbab dulu ...," saut Titha dari dalam kamar.
Ibu Titha yang belum sempat mengetuk pintu kamar Titha pun kembali kebawah sembari menjawab saut Titha tadi.
"Ya udah ... cepat ya nak, itu ayahmu udah telat, nanti ayah bisa ketinggalan pesawat lo ...," ucap Ibunya.
Titha bergegas dan mengambil tas kecilnya dan turun ke bawah.
Sesampainya di bandara.
Tiga beranak itu turun dari mobil, dan masuk ke dalam bandara. Ayah Titha yang akan pergi pun pamit pada istri dan anak tercintanya.
"Ya udah ... ayah berangkat dulu ya, jaga kesehatan ya Buk," ucap Ayah Titha.
Ibu Titha pun menjawab, "Iya yah ... hati-hati di jalan ya," saut Ibu Titha.
"Titha ... tolong jaga Ibuk mu ya, ayah gak akan lama ... dan ayah janji kita pasti akan berkunjung ke rumahnya Bi Mur di Kerinci," Ucap ayahnya.
"Bener ya yah ...," saut Titha.
"Inshaallah ... tapi kamu selesain dulu Kkn mu, baru kita pergi ya," ucap ayahnya.
Mendengar ayahnya berkata seperti itu, Titha malah patah semangat.
"Tapi yah ...," saut Titha.