Kerinci 1995

M.ALKAHFI
Chapter #3

Chapter 3

*2 bulan kemudian.

Di dalam kamar. Titha sedang melihat foto-foto wisudanya, sambil mendengarkan radio.

      "Tahun ini, pemerintah umumkan kebutuhan calon pegawai negeri sipil dengan kuota mencapai 5000 orang di tiap daerah dan-" suara berita dari radionya Titha.

Mendengar hal itu, si Titha langsung menutup album fotonya dan bergegas menyiapkan bahan-bahan untuk tes CPNS.

Ia turun dari kamarnya ke lantai bawah sambil membawa sebuah map yang di jepit di tangannya, Ibunya Titha tak sengaja melihat anaknya itu tergesa-gesa,

      "Titha ... Titha ... ada apa? kamu mau kemana bawa map segala," tanya Ibunya.

      "Titha mau ke kampus Buk ... mau legalisir ijazah," jawab Titha.

      "Kamu mau ngelamar kerja? mending kamu lanjutin aja perusahaannya ayah, dari pada kamu susah nyari kerja begini," ujar Ibunya, Titha lantas menghampiri Ibunya dan memegang tangan Ibunya

      "Buk ... bukannya Titha gak mau, tapi Titha udah mutusin kalau Titha bakal jadi wanita yang mandiri ... dan bisa membahagiakan Ibu dengan hasil jerit payah Titha sendiri," ucap Titha sambil mengelus-elus tangan Ibunya.

Ibunya Titha tersenyum mendengar perkataan Titha dan memeluknya dengan erat.

      "Baiklah ... kalau begitu Ibuk pasti mendoakan kamu agar dapat mencapai keinginan kamu itu," saut Ibunya Titha.

      "Iya ... makasih Buk," ucap Titha.

Titha pun bergegas pergi ke kampusnya untuk menglegalisir ijazah sarjananya, sesampainya di kampus, Titha melihat seorang pria yang ia kenal dan lalu menghampirinya.

      "Mas Salman? ini Mas Salman kan?" ucap Titha.

      "Titha? ngapain kamu disini?" jawab Salman.

Mereka berdua pun bercerita lama di kampusnya Titha, hingga Titha sudah menyelesaikan pekerjaannya di kampus itu.

      "Ya udah Mas ... aku pulang dulu," ucap Titha pada Salman.

      "Ah iya ... kamu hati-hati di jalan ya," jawab Salman.

Titha pun pergi dan semakin jauh dari Salman, sedangkan Salman, hanya memandangi Titha dari kejauhan.

"Seandainya aku bisa memilikimu, mungkin aku adalah laki-laki paling beruntung di dunia ini," desah Salman dalam hatinya.

*1 bulan kemudian.

Terdengar suara radio yang sedang di otak-atik dengan suaranya yang serak kacau, ternyata itu si Titha yang sedang menunggu pengumuman hasil dari tes CPNS.

      "Baiklah ... kami akan bacakan nama-nama orang yang lulus dalam seleksi bahan untuk CPNS tahun 1995, Yoga Purwanto, Siti Nurhaliza, Dio Permana, Sandy Sandoro, Mahmudi Ismail,

Sampai ke penyebutan nama terakhir, Titha belum mendengar namanya di sebutkan, apakah dia tidak lulus, di hatinya sangat deg-degan dan takut.

Fikri Haikal, Suri Muh, dan Sinta Aprilia. Itulah nama-nama orang yang lulus dalam tes bahan CPNS tahun 1995-" bunyi suara radio.

Mendengar namanya tidak di sebutkan, Titha sangat galau dan lesu, ia menjatuhkan badannya ke atas kasur.

      "Hahh ... setidaknya aku sudah berusaha semampuku," desahnya Titha.

Namun, disaat si Titha sudah benar-benar rela dan ikhlas dengan ketidak lulusannya, radio yang ia dengar tadi kembali berbunyi.

      "Maaf, untuk info yang tadi, untuk calon PNS atas nama Sinta Aprilia, itu di gagalkan karena tidak melengkapi syarat-syarat yang telah di tentukan, dan akan di gantikan dengan nama, Titha Pramulya, saya ulangi ... sebagai gantinya, Titha Pramulya. Dan itulah nama-nama orang yang lulus bahan tes CPNS tahun 1995-" bunyi suara radio.

Mendengar hal itu, Titha baru sadar.

      "Huh? Apa! Aku lulus ... Alhamdulillah ... Buk ... Buk ...!" Titha dengan girang bergegas ke lantai bawah untuk memberitahukan pada Ibunya bahwa ia lulus.

Dari lantai dua suara Titha sudah terdengar girang memanggil-manggil Ibunya, Ibunya Titha yang ada di bawah dengan cepat menghampiri Titha, dan tepat di anak tangga terakhir, Titha tidak sengaja bertemu Ibunya.

      "Buk ... Buk ...," ujar Titha yang girang itu.

      "Iya iya ada apa? Kenapa?" Tanya Ibunya dengan cemas.

Belum selesai Ibunya bicara Titha memeluk Ibunya dengan dekapan yang hangat.

      "Alhamdulillah Buk ... bahan Titha udah diterima," ujar gadis 24 tahun itu.

Mendengar perkataan dari anaknya itu, Ibunya Titha bingung.

      "Bahan apa? Kamu di terima kerja?" Tanya Ibunya.

      "Gak Buk ... Titha bakal jadi guru kalau Titha lulus tes selanjutnya," jawab Titha.

      "Alhamdulillah ... nak Ibuk kira apa ... ternyata ini," Mereka kembali berpelukan dengan air mata bahagia yang keluar dari kelopak mata anak dan Ibu itu.

Sedang hangat-hangatnya suasana antara Titha dan Ibunya, Pak Harto datang menghampiri mereka.

Lihat selengkapnya