*Seminggu kemudian.
Nampak seseorang menekan bel rumah Titha.
"Permisi? Buk?" ia terus menekan bel.
Ibunya Titha dan Pak Harto sedang makan siang di dapur.
"Kayaknya ada orang manggil deh Pak ... coba Bapak kedepan lihat," ujar Ibu Titha pada Pak Harto.
"Ah ... baik Buk," Pak Harto bergegas menuju pintu depan dan membukakan pintu.
"Ada yang bis-"
Belum Pak Harto selesai ngomong, ia sangat terkejut dan senang.
"Neng Titha! haduh ... Kenapa gak telepon dulu Neng kalau Neng udah pulang, kan bapak bisa jemput Neng," ucap Pak Harto yang tengah girang dengan kepulangan Titha dari tes akhirnya.
"Gak usahlah Pak, Bapakkan juga sibuk dirumah, Titha kan bisa naik angkot atau ojek ... Ibuk ... mana Ibuk?" tanya Titha pada Pak Harto.
"Oh Ibuk ... ada di dapur, yuk masuk Neng ... kita makan siang bareng," ujar Pak Harto.
Merekapun masuk kerumah dan langsung menuju dapur sekaligus menjadi tempat ruang makan keluarga di dapur, Ibu Titha tengah menyiapkan makanan dan Titha diam-diam dari belakang menutup mata Ibunya.
"Coba tebak aku siapa," ucap Titha.
Ibunya berhenti memotong timun dan menaruh pisaunya.
"Pak Harto..?" jawab Ibunya dengan sengaja.
Mendengar Ibunya menjawab salah, Titha langsung melepaskan tangannya.
"Iih ... Ibuk ... ini Titha ... masa tangan Titha di samain sama tangannya Pak Harto, kan beda jauh," ujar Titha pada Ibunya.
"Iya Ibu udah tahu itu kamu ... masa Ibuk ... gak tahu sama tangan anaknya yang lembut selembut sutra," gurau Ibunya menjawab Titha.
"Ibukk ...," Titha memeluk Ibunya dan suasana seketika menjadi harmonis dan damai.
Merekapun makan bersama di siang hari itu. Di tengah makannya, Titha menanyakan tentang urusannya sama si Salman pada Ibunya.
"Buk ... untuk masalah dengan Mas Salman udah selesai?" tanya Titha sambil meminum air.
"Yah ... gitulah, dia datang bawa ayahnya itu ... dan marah ketika ia tahu kamu gak ada disini terus ngancam-ngancam kalau dia akan buktikan ke Ibuk kamu akan menerimanya jadi suami kamu," jawab Ibunya Titha dengan santai.
"Brruuusshh ...!" Titha menyemburkan air minumnya tadi ke mukanya Pak Harto.
"Kurang ajar tuh Salman, dia pikir dia siapa ngebentak-bentak Ibuk ... awas ... kalau aku ampe ketemu sama dia," jawab Titha dengan ngegas.
Sedangkan Pak Harto hanya diam dengan ekspresi kosong menatap Titha.
"Makasih lo Neng," saut Pak Harto dengan tatapan polos.
"Maaf Pak ... gak sengaja ... hehe," jawab Titha.
Melihat situasi ini, Ibunya Titha tertawa lepas, dan sudah lama sejak ayahnya Titha meninggal, Ibunya Titha tidak pernah tertawa lepas seperti ini. Melihat Ibunya tertawa, Titha dan Pak Harto jadi merasa senang dan ikut tertawa serta bergurau dengan tawa Ibuk untuk pertama kalinya setelah ayahnya Titha meninggal.
Selesai makan. Pak Harto membantu Ibunya Titha membersihkan meja makan.
"Ah ... gak usah Buk ... biar saya aja, sekalian saya cuci piring abis ini," ucap Pak Harto sambil mengambil piring kotor di atas meja makan.
"Ah ... makasih ya ... Pak," jawab Ibu Titha.
Lalu Ibunya Titha mengajak Titha untuk duduk di teras rumah.
"Kedepan yuk ... duduk di teras rumah," ajak Ibu Titha.
"Ayuk," Jawab Titha.
"Pak ... kami kedepan dulu ya," ucap Ibu Titha pada Pak Harto yang sedang mencuci piring.