Kerinci 1995

M.ALKAHFI
Chapter #7

Chapter 7

"Brruukk!"

Bi Mur terjatuh pingsan di samping Titha. Sontak Titha dan Kahfi terkejut dan menghampiri Bibi yang terkapar di sebelah Titha.

      "Bi ... Bibi!" Ucap Titha yang cemas.

      "Sebaiknya bawa Bibi ke kamarnya, biarkan ia beristirahat," saut Kahfi dan membawa Bi Mur ke kamarnya.

*Tiga hari berlalu.

Titha sedang mencuci piring di sungai  bersama Bi Mur, dari sikap dan wajah  Bi Mur, Titha terus memerhatikan Bi Mur sampai Bi Mur mengetahui hal itu.

      "Ada apa Neng?" tanya Bi Mur.

Titha tersadar dari lamunannya.

      "Ah enggak Bik ... tapi Titha mau nanya sama Bibi boleh Bik?" ucap Titha yang ragu-ragu dengan pertanyaannya.

      "Boleh, kalau bisa Bibi jawab ya Bibi akan jawab Neng," saut Bi Mur sembari menghempaskan pakaiannya di bebatuan sungai.

       "Sebenernya Titha melihat Bibi pas Bapak meninggal dan setelahnya itu, Bibi kok bisa secepat itu ceria kembali  dan seperti tidak terjadi apa-apa?" tanya Titha dengan matanya yang berbinar-binar.

Bi Mur menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengayun pakaian di arus sungai yang jernih itu, dan menghampiri si Titha yang duduk di atas batu dengan setengah kakinya berendam di air.

      "Sini Neng, sini," ajak Bi Mur yang menyuruh Titha duduk bersamanya di atas batu besar yang ada di himpitan arus sungai.

      "Huh? Ada apa Bi? Bibi marah ya Titha nanya gitu?" saut Titha dengan ekspresi wajahnya yang merasa tak enak pada Bi Mur.

      "Mana mungkin Bibi marah sama Neng, sini mau Bibi jawab gak nih," jawab Bi Mur sambil bercanda menghilangkan ketegangan di kepala Titha.

Titha mendekati Bi Mur dan duduk bersama di atas batu besar, mereka menghentikan kegiatan mencuci mereka seraya beristirahat dan memandang indahnya hamparan sawah yang di sapa oleh angin sejuk.

      "Sebenarnya, Bapaklah yang membuat Bibi ceria kembali seperti ini Neng, dan Bapak juga yang meminta Bibi untuk tidak berlalu dalam kesedihan. Dulu, sebelum Bapak sakit begitu, Bapak pernah nanya ke Bibi,

*Dulu

      "Mur ... sini Nak, apa kamu tahu kapan seseorang itu dikatakan mati?"

Pertanyaan Bapak waktu itu membuat Bibi pusing tujuh keliling, ya Bibi jawabkan.

      "Pas ia di cabut nyawanya oleh malaikat maut Pak,"

Bapak malah tertawa mendengar jawaban Bibi itu.

      "Kamu salah Mur, bukan itu, apa kau pikir seseorang akan mati ketika ia memakan racun, apa kau pikir seseorang akan mati ketika sebuah peluru menembus jantungnya, tidak! Seseorang dikatakan mati apabila mereka sudah dilupakan,"

*Masa sekarang

Nah dari kata-kata Bapak itu, Bibi sadar bahwa selama Bibi tidak melupakan Bapak, Bapak masih hidup di hati Bibi," ujar Bi Mur.

Mendengar pernyataan Bi Mur, Titha tersadar akan satu hal yang membuatnya membuka matanya, ia bisa memakai analogi Bi Mur itu, selagi ia tidak melupakan ayahnya, berarti ayahnya masih hidup di dalam hatinya.

      "Terima kasih banyak Bik ...." titha memeluk Bibi dengan girang dan mata yang berbinar-binar.

      "Eh eh Neng nanti kita nyungsep ini," saut Bi Mur yang tak menduga reaksi dari Titha akan begitu.

Lihat selengkapnya