Lucu, ketika penderitaan bisa membuat seseorang tampak lebih tua hanya dalam beberapa hari. Genta memandangi Mardiono yang duduk di depannya, wajah pria paruh baya itu tidak lagi terlihat bugar. Sorot matanya kuyu, kerutan-kerutan pada dahi dan ujung bibirnya bertambah, helaian putih pada rambutnya semakin banyak.
“Bicaralah dengan polisi, Pak,” pinta Genta berusaha melembutkan suaranya.
“Buat apa?”
“Mau bekerja sama mungkin bisa meringankan hukuman Bapak.”
Mardiono tersenyum kecut. “Bapak enggak pingin hukuman Bapak jadi lebih ringan,” ujarnya keras kepala.
“Jadi Bapak lebih suka membusuk di penjara daripada berbicara jujur?” cemooh Genta.
“Kalau Bapak mati di penjara, Bapak enggak mau dikubur sampai setelah 4 bulan.”
Sontak Genta berdiri, wajahnya merah padam, ekspresinya tampak muak, perutnya bergolak hingga membuat ia ingin muntah.
“Itu sepadan,” ucap Mardiono memelas. “Bapak jadi bisa merasakan penderitaan Ayana.”
Telunjuk Genta mengacung ke arah Mardiono. “Bahkan...,” ucapnya tersengal, “bahkan penderitaan Ayana terlalu bagus buat Bapak, Bapak iblis, Bapak enggak pantas!” sambungnya tersendat-sendat, menunjuk-nunjuk Mardiono penuh emosi. “Bapak enggak pantas!” teriak Genta lagi, kemudian pergi meninggalkan ayahnya dengan membawa amarah.