Mungkin jika diibaratkan, Alya itu pohon yang bisa dihuni banyak hantu dan salah satu hantunya itu Adrian. Gadis dengan tubuh mini lengkap dengan lesung pipi itu mampu memberikan kenyamanan bagi semua penghuninya. Dia akan selalu menjadi rumah yang membetahkan bagi para hantu yang bergentayangan. Sayangnya hantu-hantu itu justru saling kisruh dan memperebutkan kepemilikan si pohon.
Adrian mungkin beruntung karena dia tak terlalu peduli soal siapa pemilik Alya. Baginya Alya sudah memberinya hidup yang cukup. Soal siapa yang paling pantas, biarlah gadis itu sendiri yang memilihnya. Adrian cukup sadar diri kalau dia hanya menjadi bayang-bayang Alya selama ini.
Lima tahun sudah berlalu tanpa sekali pun Adrian berani menyatakan perasaannya. Namun kali ini, dia sudah membawa koran pernyataan cintanya. Akhirnya setelah sekian lama, Alya mau bertemu dengannya lagi.
Adrian mengembuskan napas. Dia tatap hamparan danau di depannya. Danau hijau berkabut yang dilengkapi dengan sebuah pulau di tengah-tengahnya. Adrian tersenyum memandang pulau berbentuk hati itu.
“Sudah sejauh ini,” celetuk hatinya.
"Sendirian, Mas?" tanya sepasang kekasih di belakang Adrian.
Adrian menoleh ke belakang lantas mengangguk.
"Mas mau ketemu cinta sejatinya, ya?" tanya si lelaki.