Kersen Merah Jambu

Fasihi Ad Zemrat
Chapter #7

PR MATEMATIKA

Jam masih menunjukan pukul 06.15 saat Adrian sampai. Masih belum ada orang. Parkiran pun masih luas. Suasana sekolah masih tenang, hanya pikiran Adrian yang berisik. 

Adrian menghela napas. Tebakannya benar. Kemarin sore, Abimanyu memarahinya bahkan sampai malam ketika Adrian hendak tidur. Pagi tadi pun, Abimanyu masih membombardirnya dengan pernyataan untuk tidak sok jadi pahlawan. Menurut Abimanyu semua yang ada di sekolah adalah musuh.

Mungkin jika perkataan itu keluar ketika Adrian masih SMP, dia akan mengiyakannya. Tapi sekarang berbeda. Setelah sekian lama Adrian bisa merasa konyol dan itu terasa menyenangkan. Justru karena anggapan Abimanyu, akhirnya Adrian memiliki musuh. Sekarang di kelas ini, benar-benar ada yang tidak suka dengannya. Dan orang itu adalah Wisnu.

Baru saja Adrian memikirkan tentang temannya itu, sebuah suara orang berlari terdengar di ujung pintu. Seperti pembalap pemula yang mau ngedrift, siswa itu mengerem dadakan sampai akhirnya menabrak pintu. Suara itu seketika mencuri perhatian Adrian. Lalu ketika dia menyadari kalau yang datang adalah Wisnu, Adrian langsung mengalihkan pandangannya. Adrian ingin meminta maaf, hanya saja mulutnya mendadak kelu. Remaja itu takut kalau permintaan maafnya hanya akan memperkeruh suasana.

Sementara itu, Wisnu mendesis sebal. Dia masuk dan menuju bangku, tempat biasanya dia duduk. Kelas X MIA-1 ini hanya terdapat 6 siswa laki-laki yang artinya seharusnya semua siswa laki-laki duduk berdua. Namun ada hukum tidak tertulis di kelas ini, semua siswa laki-laki menghindari duduk dengan Adrian. Bukan karena mereka menghindari secara langsung, tapi karena mereka menilai Adrian aneh dan apatis. Dia juga tidak peduli meski semua siswa laki-laki duduk di barisan paling kanan, sedang dia sendirian di kiri. Untungnya selalu ada bangku lebih yang menjadikan Wisnu atau siswa lain duduk terpisah dengan Adrian.

Namun kali ini, Wisnu justru berada pada pilihan tersialnya. Pagi ini, dia datang cukup awal. Anak dengan tubuh jangkung itu biasanya masuk ke kelas pukul tujuh kurang lima menit. Khusus hari ini, dia datang pukul 6:30. Bukan tanpa alasan kenapa dia datang di jam yang berbeda. Jam pertama nanti adalah matematika dan dia lupa mengerjakan PR.

Dengan napas yang masih terengah-engah, Wisnu menyapu pandang. Sialnya apa yang dia harapkan, sama sekali tak ada. Capek-capek dia lari dari parkiran sampai ke kelas yang ada hanyalah Adrian. Takdir macam apa ini? 

Baru kemarin Wisnu melabrak Adrian. Dia cukup tahu kalau apa yang dia lakukan kemarin cukup membuat Adrian malu. Lalu setelah apa yang kemarin dia lakukan, Wisnu mau meminta tolong? Mustahil. Wisnu masih waras dan dia masih mengenal rasa malu.

Wisnu pun menaruh tasnya dengan kasar. Dia mengeluarkan buku matematika dan mulai mengerjakan PR. Mata Wisnu membelalak kala dia menyadari kalau PR matematika bukan hanya berjumlah 10 soal melainkan 25 soal. Tidak mungkin baginya untuk menyelesaikan dalam waktu 30 menit.

Wisnu pun menghela napas. Dia lupa kalau dirinya berada di kelas terpintar di sekolah ini. Sudah pasti rata-rata murid di kelas ini telah mengerjakan PR, sehingga mereka tak perlu repot-repot untuk berangkat pagi.

“Aargh!” gusar Wisnu.

Atas teriakan itu, Adrian melirik ke Wisnu. Dia mendongak, mencoba melihat apa yang temannya itu sedang kerjakan. Wisnu yang tengah mengacak-ngacak rambutnya karena bingung, seketika menatap Adrian.

Lihat selengkapnya