Adrian sedikit merinding. Dia tak menyangka hal ini akan terjadi. Keputusannya untuk keluar dari kungkungan ayahnya benar-benar diuji. Setelah pergi dengan kakak dewan ambalan, dia harus bergaul dengan orang yang benar-benar asing.
Adrian menatap sekitarnya. Dia merasa cukup canggung, tidak tahu bagaimana caranya memulai pembicaraan. Jujur Adrian takut. Dia terbayang akan kesalahannya bergaul di SMP yang membuatnya jadi korban perundungan.
Angin yang berembus pelan, mencoba menenangkan Adrian. Remaja itu pun menarik napas. Secuil pikirannya teringat akan perkataan ayahnya.
“Kemah itu nggak guna!”
Hanya dengan mengingatnya, api semangat di dada Adrian pun kembali berkobar. Dia jadi ingat tentang keinginannya untuk sepenuhnya melawan kehendak Abimanyu. Maka apa pun hasilnya, Adrian akan mencoba menghadapinya.
Sejenak, Adrian menengok ke Alya. Gadis itu tampak senang dan langsung bercengkrama dengan teman barunya. Gadis itu yang mengajak Adrian ke sini, mengajaknya untuk menikmati hal baru. Maka Adrian tak boleh mengecewakannya. Dan benar, dia harus menang atas taruhan yang Alya buat.
Lalu, dengan membuang seluruh kenangan buruknya di SMP, Adrian coba membuka mulut. Meski dengan bibirnya yang gemetar, dia berhasil menengok ke belakang dan berkenalan dengan seseorang. Awalnya dia merasa kecewa kala orang yang berusaha diajaknya kenalan, justru memilih berbicara dengan orang lain. Namun itu hanya sebentar, sebelum akhirnya orang itu kembali menepuk bahu Adrian dan mengajaknya bercengkrama.
Berkat gurauan dari sesama anggota regu, rasa canggung Adrian terlepas. Jati dirinya yang tersembunyi di balik trauma SMP, kembali muncul. Dia pun dapat lebih bercengkrama lebih leluasa.
Perkemahan kali ini cukup panjang. Durasinya 3 hari 2 malam. Untuk acara hari ini hanya apel, pendirian tenda, dan upacara pembukaan. Masing-masing perlengkapan yang dibawa, dibagi secara acak. Panitia telah meletakkan di petak yang telah ditentukan. Peserta tinggal mendirikan tenda dengan waktu yang telah ditentukan.
Adrian sedikit takut kala diminta untuk bantu mendirikan tenda. Dalam pikirannya terbayang kalau teman seregunya itu akan marah. Adrian takut salah. Dia takut tidak berguna. Ketika Adrian melihat ke regu yang lain, mereka terlihat bekerja sama dengan teliti. Tak ada yang bingung seperti Adrian.
“Butuh bantuan?” tanya Saka seraya menepuk bahu Adrian.
Adrian malu bertanya. Hanya saja dia benar-benar lupa bagaimana cara mengaitkan kain tenda ke kayu agar tidak tertiup angin. Dia lupa harus menggunakan simpul apa.