“Ian,” sapa Alya.
Adrian menoleh ke belakang, dilihatnya Alya yang baru selesai mandi. Di tangannya terdapat perlengkapan mandi, sedang di pundaknya masih ada handuk. Tampaknya dia baru keluar dari toilet dan hendak kembali ke tenda.
Melihat wajah Alya yang berbinar sehabis mandi, memunculkan nuansa aneh di hati Adrian. Bibir Alya yang merah muda dan merekah sempurna, membuat Adrian menelan ludah. Belum pernah sebelumnya dia memerhatikan seluk beluk wajah Alya. Tapi hari ini, dia akui kalau Alya sangat cantik. Semua perpaduan yang ada, membuat jantung Adrian memompa lebih cepat dan wajahnya berangsur-angsur memerah. Akhirnya remaja laki-laki itu pun mengalihkan pandangannya. Menatap Alya tidak baik untuk kesehatan peredaran darahnya.
Namun, selayaknya anak yang baru melihat power ranger, Adrian ingin sekali melihat wajah Alya kembali. Tapi dia takut salah tingkah. Lebih takut lagi kalau pingsan lalu dicap aneh.
“Ngapain di sini?” tanya Alya. Dia pun naik menaiki batu yang sedang Adrian duduki. Batu itu berada di pojok lapangan, sebuah batu besar yang membuat Adrian dapat melihat semua pemandangan yang ada di lapangan.
“Lihat-lihat aja,” jawab Adrian jujur. Sekuat tenaga dia menjaga agar intonasi suaranya terdengar normal.
Alya mengalihkan pandangan. Dia melihat apa yang Adrian tengah tatap. Dilihatnya tenda-tenda yang sudah berdiri, para peserta kemah yang bercengkrama, dan hamparan lapangan yang indah. Semua itu diterpa cahaya oranye yang begitu indah hingga tampak siluetnya saja.
“Subhanallah …,” ujar Alya.
Adrian mengangguk. Dia setuju dengan apa yang diucapkan Alya. Tapi hati Adrian lebih setuju lagi kalau ucapan itu untuk kehadiran Alya sekarang. Pemandangan di hadapan Adrian memang cantik, namun lebih menakjubkannya lagi wajah Alya.
Melihat Alya yang terdiam, Adrian pun ingat sesuatu.
“Makasih ya, Al!” lirih Adrian.
“Buat?” tanya Alya kebingungan.
“Kayaknya kalau kamu nggak ngeyakinin aku, aku nggak bakal bisa nikmatin semua ini.”
Alya tertawa. “Apaan, sih!” katanya, “udah ah, kamu berdiri di sini karena sekalian antri mandi, kan? Tuh kamar mandi cowok udah nggak ada yang antri!”