Dugaan Adrian nyatanya tidak meleset. Semua peserta diminta untuk mengenakan kaos olahraga. Mereka juga diberi ikat kepala berbentuk segitiga bertuliskan kemah kebangsaan. Semua harus memakainya tanpa kecuali. Semua barang juga ditinggal. Tak ada satu pun yang boleh dibawa kecuali baju yang sedang dipakai.
Semua anggota dikumpulkan. Semuanya dibariskan berdasarkan regu satu tenda. Setelah barisan lurus, barisan pun diistirahatkan. Tak ada yang tahu selain panitia dan Tuhan. Namun setiap orang di barisan itu sudah menduga bahwa mereka akan melakukan hiking. Sebuah kegiatan menjelajahi daerah sekitar bumi perkemahan sambil melewati pos demi pos yang ada.
Awalnya semuanya menduga bahwa mereka akan dipisahkan per-regu. Hal itu biasa dilakukan di acara pramuka. Hanya saja ternyata di sini tidak seperti itu. Setengah dari barisan, berangkat bersama-sama layaknya bebek yang digiring satu baris oleh pemiliknya. Lima puluh orang berjalan rapi satu baris seperti akan mengadakan jalan sehat. Dimulai dari regu Adrian dan seterusnya sampai selesai. Lima regu dengan masing-masing sepuluh anggota, tidak ada yang tahu mereka akan berbuat apa.
Jalan mendaki, jalan berbatu, dan tegalan mereka lewati. Pemukiman warga mulai menjauh, digantikan dengan pekarangan dan sawah. Hanya ada jalanan kecil yang cukup dilewati motor. Samping kanan mereka ada persawahan, sementara samping kiri mereka ada irigasi yang cukup dalam dan lebar. Jatuh ke sana bukanlah ide yang menarik.
“Cari tempat duduk untuk kelompoknya masing-masing!” perintah pemandu jalan.
Tak berpikir panjang, regu Saka dan Adrian memilih duduk di tepi kanan jalan. Sementara yang lainnya duduk sembarang. Bahkan regu Alya justru duduk di samping irigasi. Entah apa yang mereka pikirkan. Mungkin setelah perjalanan jauh dan panas, mereka ingin merasakan kesejukan yang ditawarkan oleh aliran air di bawah sana.
“Regu kalian sedang kelaparan. Setelah diburu oleh musuh, kalian akhirnya aman, tapi tidak dengan perut kalian. Kalian harus menemukan dua barang apa pun yang bisa dimakan! Waktunya cuma 30 detik sebelum musuh kembali menyerang!” ujar pemandu hiking.
Semua orang di sana kaget. Mereka tengah berada di sawah tandus dan di samping irigasi tanah yang hampir tak ada airnya. Di sekeliling mereka hanya ada rumput, pohon pisang yang belum berbuah, dan satu rimbun pohon bambu.
“Waktunya tinggal 20 detik lagi!”
“Duh nyari apa, nih!” ucap Yudi.
Adrian diam sejenak. Dia menyapu pandang. Tak ada apa pun yang bisa dimakan. Waktu yang begitu sempit, memperlambat otak mereka dalam berpikir. Adrian pun mengawang, melihat ke atas. Dilihatnya pohon pisang yang sudah agak miring.
“Jantung pisang!” kata Adrian buru-buru.
“Jantung pisang? Yang merah-merah itu? Emang bisa dimakan?” tanya Saka.