Acara perkemahan tinggal beres-beres. Semuanya wajib bersih-bersih dan memastikan kalau subuh nanti tak ada sampah yang tertinggal. Perkemahan terasa singkat meski sejatinya memakan waktu tiga hari dua malam. Untuk hadiah karena sudah menyelesaikan semua rangkaian acara perkemahan, kini panitia membebaskan peserta untuk begadang.
Beberapa peserta memilih untuk langsung tidur. Tampaknya mereka kelelahan karena melewati halang rintang yang begitu memberatkan. Beberapa ada yang duduk-duduk di depan tenda. Beberapa yang lain ada yang menyalakan kembali api unggun untuk sekadar menjadi penghangat tubuh.
Jantung pisang yang Adrian bawa dari pos satu hanya bisa dia bawa sampai sungai. Nasib baiknya, Adrian terjatuh di sana dan jantung pisang itu hanyut. Sial tapi juga beruntung. Adrian jadi basah kuyub dan kakinya sedikit lecet. Semua itu gara-gara ranjau yang diperingatkan oleh barisan paling depan.
“Coba saja kalau nggak ada yang bilang, pasti tahi itu udah nempel di baju kita,” kenang Yudi.
“Lho bukannya bagus ya, kan udah item jadi bisa kuning lagi!” balas seseorang dari regu lain.
Mayoritas laki-laki yang kini tengah berkumpul di dekat api unggun, baru saling mengenal. Mereka berkenalan kala duduk bersama setelah merayap di got sambil menunggu regu lain.
“Tapi tahi itu hilang loh di tengah-tengah,” timpal seseorang berambut keriting.
“Dimakan Adrian kali!” celetuk yang lainnya lagi.
“Aku? Nggak. Tadi saat kepeleset, aku gunain jantung pisangnya buat mukul tahi itu,” canda Ian.
“Terus tahinya?”
“Terbang kali!”
Semuanya pun tertawa. Jika mengikuti tenaga mereka, harusnya mereka sekarang tidur. Tapi baik hati maupun mata tak mau menuruti hawa mengantuk yang mereka rasakan. Alih-alih menyiapkan diri di tenda, semua laki-laki yang berkumpul telah berpakaian hangat. Ada yang berkemul sarung ataupun sudah mengenakan sweater. Di bawah mereka juga sudah digelari terpal tenda. Terpal itu seharusnya dipasang di tenda biar tidak basah saat hujan. Tapi malam ini terang benderang, jadi tak akan jadi masalah sekali pun semuanya tidur di luar tenda.
“Kalian ini masih muda kok ngomongin hal-hal jorok. Malu tuh didenger cewek-cewek!” seorang tentara mendekat. Dia menunjuk gerombolan cewek yang berada di depan sebuah tenda.
Para gadis-gadis itu pun tertawa. Mereka berteriak manja sebelum akhirnya kembali mengobrol, entah apa yang mereka bicarakan. Suaranya tidak jelas, hanya saja ketika mereka tertawa, gemanya sampai ke gerombolan laki-laki.
“Terus bahas apa, Ndan?” tanya Saka.
“Bahas balik apa yang mereka bahas, lah!”