“Ini beneran aku pakai kayak gini doang?” tanya Adrian. Dia tak percaya diri dengan penampilannya kini.
“Kamu tuh mau jogging, bukan nari balet. Pakaiannya ya kayak gini!” kata Wisnu sambil merentangkan tangannya ke arah Adrian.
“Ya iya sih, tapi masa pakai celana training sekolah.” Adrian masih tidak terima. Dia tidak percaya diri dengan penampilannya.
“Ya udah sarungnya dipakai aja!” sungut Wisnu mulai tak sabar. Dia pun berpindah ke belakang Adrian lalu mendorong anak itu. “Udah sana! Keburu telat! Tapi ngomong-ngomong kalian janjian di mana, sih?” tanya Wisnu kemudian.
“Di alun-alun,” jawab Adrian datar tanpa dosa.
“Ya aku tahu di alun-alun. Tapi alun-alun itu luas, Ian!”
“Iya juga ya.”
“Fiks sekarang aku percaya kalau cinta itu bikin bego! Dah lah, kamu muter dulu, sana! Siapa tahu nanti ketemu Alya.”
“Kamu nggak ikutan?”
“Males! Aku ke sini cuma mau makan bubur kacang ijo! Nanti nggak usah dicariin. Kita kan pakai sepeda sendiri-sendiri. Good luck!” kata Wisnu lalu pergi, meneriaki penjual bubur kacang ijo.
Adrian mendengkus. Dia mengeluarkan ponsel dan mengirimi Alya pesan. Tunggu punya tunggu, justru tidak dibalas. Centang dua pun tidak. Bahkan terkirim juga tidak. Adrian menepuk dahinya. Dia lupa kalau kuota internetnya habis sedari kemarin.
“Terpaksa, deh,” ujar Adrian. Remaja itu pun mulai berjalan, mengikuti arus para pelari yang ternyata cukup ramai. Bukan hanya satu atau dua orang, tapi seperti ada seratus lebih.
Sebenarnya Adrian cukup malas olahraga. Sedari SD sampai sekarang, dia tak pernah mahir dalam bidang ini. Sepakbola? Selalu jadi cadangan dan begitu main, langsung kalah. Voli? Dia tak pernah bisa melambungkan bola dengan benar dan ketika ada lawan yang menyemash ke arahnya, Adrian refleks menutup mata, menjadikan timnya kalah. Itu baru bola, belum yang lain. Adrian rasa badannya yang gendut, menyebabkan dia sangat lemah di bidang itu.
Namun meski Adrian tahu kalau dia pasti akan kalah joging dari Alya, dia tak mungkin menolak ajakan gadis itu. Ini kesempatan emas biar dia bisa dekat dengan Alya. Siapa tahu, nanti Adrian bisa memberikan minum ke Alya. Ala-ala cari muka.
Sayangnya setelah sudah berjalan satu kali putaran, Adrian tak kunjung menemukan Alya. Remaja yang jarang berolahraga itu pun lelah. Keringat bercucuran dari tubuhnya. Napasnya mulai terengah-engah. Padahal ini baru jalan, bukan lari pagi seperti yang Alya tawarkan.