“Tadi malam, kamu disidang apa sama Kang Satria?” tanya Wisnu ketika sedang siap-siap berangkat ke sekolah.
Adrian menggeleng. Dia yang sedari tadi menatapi perlengkapan menggambarnya, akhirnya meletakkan barang itu. Dia lantas memakai seragam, ikut bersiap untuk berangkat.
Wisnu masih menunggu jawaban Adrian sembari terus bersiap-siap sekolah. Dia lepas sarungnya setelah berhasil berganti celana panjang. Anak itu lantas meraih seragamnya di jemuran dalam kamar.
“Apa yang terjadi tadi malam nggak penting. Yang penting justru sekarang ….” Kalimat Adrian terpotong ketika matanya menangkap ada Zaki yang melintas di depan kamar mereka. “Yang penting gimana caranya deketin Alya?”
“Tenang-tenang. Kalau itu, aku udah nyari hal-hal yang disukai sama Alya. Tapi ada bayarannya.”
Adrian mengembuskan napas, “Iya-iya, aku traktir soto entar.”
“Sip!”
***
“Jam kosong!” teriak salah seorang siswa.
“Beneran? Tahu dari mana?” tanya siswa yang lain.
“Dari guru piket tadi. Katanya Bu Dati berhalangan masuk.”
“Nggak jadi ulangan, dong!”
Si anak yang memberi info tadi mengangguk. Sontak semuanya yang dari tadi membuka buku dan menghafalkan nama-nama cacing, pun menutupnya.
“Gas nonton drakor!” sambut ceria siswi wanita.
“Drakor? Ikutan dong!” sebuah suara yang sangat Adrian hafal terdengar. Itu Alya. Dia mengambil bangku miliknya lalu menggabungkan bangku itu dengan bangku siswi yang sedang menonton drama korea berdua.