Kersen Merah Jambu

Fasihi Ad Zemrat
Chapter #38

USAHA ABIMANYU

“Masih suka gambar?” tanya Abimanyu sesaat setelah mie ayam yang dipesannya datang.

Adrian hanya mengangguk. Dia tak mau bicara barang satu kata pun. Kendati demikian, dia tetap dengan lahap memakan mie ayam yang dipesankan Abimanyu.

Abimanyu tak berkata lagi. Dia baru menyadari kalau dirinya susah sekali bicara lama dengan anaknya. Mulutnya seakan terkunci rapat dan otaknya mendadak tumpul. Dia tak punya topik apa pun yang bisa dijadikan obrolan dengan anaknya hingga akhirnya mie ayam mereka pun habis.

Karena tak ada lagi yang bisa dibahas dan tak tahu mau berbuat apa lagi, Abimanyu mengantarkan Adrian ke pondok.

“Buku gambarnya masih?” tanya Abimanyu saat hendak menaiki motornya. Dia bersiap pulang.

Adrian lagi-lagi mengangguk. Dia bahkan terus menunduk, malas menatap ayahnya. “Bukunya masih utuh belum aku buka. Takut dirusak lagi,” ujarnya sinis.

Abimanyu terdiam. Dia ingat dengan perbuatannya di masa lalu. Dia ingat ketika dia menemukan buku komik yang Adrian buat. Tangan Abimanyu itu pernah merobek dan melemparkan buku rusak itu ke anaknya.

Adrian membuang wajahnya. Dia masih kesal dengan sikap ayahnya yang menurutnya sama sekali tak berubah. Adrian yakin seyakin-yakinnya kalau ayahnya ke sini hanya tak mau dicap sebagai ayah gagal oleh tetangga. Tak mungkin kalau ayahnya ke sini atas inisiatif sendiri. Kalau itu terjadi, mungkin dunia sudah kiamat.

“Ayah ke sini sebenarnya cuma mau marahin aku karena nggak muncul pas ambil rapor, kan?” sindir Adrian.

“Bisa-bisanya kamu mikir ke sana?” Amarah Abimanyu mulai tersulut.

Adrian membuang mukanya kembali. Bola matanya berputar, memandang ke sisi lain.

“Ian! Kalau mau bicara yang sopan!” bentak Abimanyu.

“Sopan? Gimana yang sopan, ya? Apakah yang sopan itu, aku harus marah-marah?” Adrian tak berhenti menyindir ayahnya. Dalam benak anak itu, dia masih tak bisa memaafkan ayahnya.

“Ian!” murka Abimanyu.

Adrian mengembuskan napas. Dia pun menyalami ayahnya kembali sebelum ayahnya itu semakin menceracau tak jelas. Kini Adrian di titik jenuh dimarahi terus-menerus. Dia tak lagi takut. Bahkan jika ayahnya mencambuknya sekali pun, Adrian akan lawan.

Lihat selengkapnya