Kersen Merah Jambu

Fasihi Ad Zemrat
Chapter #43

ILUSTRASI

Jam istirahat datang. Adrian bergegas mengemasi barangnya. Dia membawa beberapa cerpennya yang telah diprint menggunakan kertas HVS, lengkap dengan gambar ilustrasi yang telah dia buat juga. Persyaratan dalam lomba memang tidak perlu menggambar, hanya saja Adrian beranggapan kalau cerpen itu tak akan lengkap tanpa gambar yang dia buat.

“Ian!” panggil Alya.

Adrian pun menghentikan langkahnya. Ditengoknya seseorang yang sudah lama sekali tidak memanggilnya.

“Maafin sikapku yang kemarin, ya!” sambung Alya kemudian.

Adrian tersenyum. “Kamu kan nggak salah, Al.”

Alya turut tersenyum. Pandangannya jatuh pada kertas yang dipegang Adrian. “Lagi sibuk, ya?” tanyanya kemudian.

Bola mata Alya yang tak mengarah ke Adrian, membuat Adrian sadar kalau Alya tengah mencuri pandang dengan kertas-kertas berharganya. Adrian pun menyembunyikan karyanya itu. Pokoknya Alya tak boleh lihat sampai karya itu memenangkan sebuah penghargaan.

“Agak, sih!” jawab Adrian.

“Oh ya sudah. Maaf ya kalau ganggu,” kata Alya. Dia pun pergi kembali ke bangkunya.

Tangan Adrian terangkat. Dia ingin menghentikan langkah Alya. Tapi belum sempat dia melakukannya, Alya justru mengajak temannya untuk pergi ke kantin.

Adrian mengembuskan napas. Dia melihat jam. Sudah 5 menit berlalu dan tersisa beberapa menit untuk konsultasi naskah kepada guru bahasa Indonesia. Adrian pun bergegas. Dia juga belum melakukan salat duha. Adrian sadar kalau Allah tak meridhoi, semua usahanya akan sia-sia.

“Sudah bagus ini. Kamu tinggal ngirimin,” tanya Bu Emi, guru bahasa Indonesia.

“Makasih, Bu. Ini kan ngumpulin naskahnya harus diprint ya, Bu. Jadi boleh saya minta surat izin buat nganter ini ke perpusda?” tanya Adrian.

“Boleh, sebentar.” Bu Emi mengambilkan sebuah surat dispensasi lantas menanda tanganinya. “Nih. Ini juga uang pendaftaran sama buat kamu bali es di sana.”

Wajah Adrian sumringah. “Terima kasih, Bu!” kata Adrian lalu menangkupkan kedua tangannya dan pamit pergi.

Lihat selengkapnya