Adrian menatap marah ke Wisnu. Teman Adrian itu segera menundukkan kepalanya. Dia hanya diperintah oleh Kang Satria. Awalnya Wisnu tak mau melakukannya. Apalagi dia tahu kalau Adrian tengah patah hati. Namun setelah mendengar duduk perkaranya, akhirnya Wisnu mengiyakan perintah itu.
“Wisnu, terima kasih,” ujar Kiai Ali.
Wisnu paham kalimat itu. Kiai memintanya untuk pergi. Di sini, di ruang tamu dalem yang telah ditutup gorden dan pintunya, akan ada pembicaraan khusus mengenai Adrian.
“Ian! Ke sini!” kata romo kiai dengan lembut.
Jika bukan kiai langsung yang memanggil, Adrian pasti sudah kabur. Dia lebih memilih tidur di teras masjid daripada bertemu ayahnya.
Adrian mendekat. Kepalanya menunduk. Dia mengusap ingus dan air matanya dengan cepat.
“Ian, kamu pulang dulu, ya! Nanti kalau sudah damai dengan orang tuamu, kamu boleh ke sini lagi,” papar sang kiai.
Demi mendengar itu, kepala Adrian terangkat. Dia tak menyangka kalau Kang Satria sampai harus mengatakan masalahnya pada pemimpin pondok.
“Kiai mengusir saya?” tanya Adrian.