KESATRIA YANG TAK DIHARAPKAN

Permadi Adi Bakhtiar
Chapter #4

CHAPTER II FATE THAT BRING US


Kediaman Caine pada hari itu nampak amat sibuk, maklum karena hari itu adalah hari dimana tamu dari kekaisaran datang. Namun sebelum tamu tersebut datang, ada satu tamu yang ditunggu.

Suara konvoi mobil mulai terdengar di kediaman Caine. Kahlil menyaksikan kedatangan dari salah satu sahabat dekatnya yang sudah ia anggap saudara sendiri dari kantornya. Yap tamu yang datang dengan konvoi tersebut adalah walikota Al-Dhahab Karim Al-Jafar.

Setelah Karim turun dari mobilnya dan disambut oleh penghuni kediaman Caine tapi tidak oleh Kahlil sendiri, ia langsung diantar menuju kantor Kahlil. Sesampainya di kantor, akhirnya dua orang saudara satu sumpah itu bertemu lagi.

Mereka berdua memang tak lahir dari satu rahim yang sama namun mereka tumbuh dalam satu kondisi yang sama. Di saat itu pula mereka menyadari kalau tujuan mereka sama, mereka akhirnya menyatakan sumpah bersama mereka tepat di bawah pohon zaitun.

“Brother, hal yang cukup aneh tak melihat dirimu di bawah sana menyambutku yang merupakan seorang walikota?” ucap Karim.

“Aku tak perlu repot-repot harus ke bawah menyambutmu kalau pada akhirnya kau akan masuk ke ruanganku dan meminta bantuanku,” balas Kahlil.

Tiba-tiba suasana dalam ruangan menjadi tegang. Tina yang berada di ruangan sadar betul akan perubahan atsmosfer yang terjadi.

HAHAHAHAHA!!!!!

Ketegangan dalam kantor tiba-tiba saja pecah karena suara tertawa yang tiba-tiba muncul.

“Brother selama ini kau tak berubah, kau selalu saja serius dalam berbagai hal,” ucap Karim.

“Aku serius,” balas Kahlil singkat.

“Hal itu bisa menjadi masalah buatmu di masa depan, terkadang kau harus bisa sedikit lembut dengan begitu kau bisa menganalisis segala kemungkinan yang akan terjadi,” ucap Karim sembari mendekat dan memijat bahu Kahlil.

“Aku bukanlah dirimu,” balas Kahlil singkat.

Karim pun berhenti memijat Kahlil dan kini duduk di kursi tepat di hadapan Kahlil. Karim nampak mengamati kantor Kahlil hingga akhirnya pandangannya terhenti ke arah Tina.

“Ah kamu pasti Tina ya? Wow terkahir kali aku melihatmu kamu masih sangat kecil sekali,” ucap Karim.

Tina pun hanya mengangguk sembari malu-malu.

“Kau bertemu dengannya tahun lalu dan aku yakin kalau dalam setahun ini ia tak banyak berubah,” ucap Kahlil.

“Oh begitu ya, ngomong-ngomong aku tadi sudah bertemu dengan mayoritas anakmu namun aku tak melihat anak tertuamu? Dia masih hidup kan?” tanya Karim.

“Tina tolong kamu panggilkan Alex kesini,” balas Kahlil.

Tina pun mengangguk dan keluar dari kantor disertai dengan senyuman manis dari Karim.

“Aku tidak ingat kalau dia adalah tipe yang malu-malu,” ucap Karim.

“Beberapa waktu yang lalu dia mengalami hal yang mengerikan, kurasa itu mempengaruhi mentalnya,” ucap Kahlil.

“Apakah itu ada hubungannya dengan pekerjaan kita?” tanya Karim.

“Apakah kau ingat misi penyusupan ke pabrik yang tim mu tugaskan? Di sana ia kehilangan saudaranya dan aku kemungkinan kehilangan anak-anakku,” balas Kahlil.

“Itu sayang sekali, a-aku sebagai walikota turut berduka cita dan aku minta maaf,” balas Karim yang nampak bersalah.

“Itu adalah resiko yang terjadi di medan perang dan aku tahu sebagai walikota kau harus melakukan keputusan yang jauh lebih berat, lebih baik kita segera membahas yang lebih penting,” balas Kahlil.

“Kau tahu kau seharusnya tidak mengatakan hal itu apalagi di depan anak-anakmu tapi kau benar mari kita membahas hal yang lebih penting,” balas Karim.

“Kau hanya bilang kalau ini adalah rombongan dari kekaisaran namun kau tak bilang siapa,” ucap Kahlil.

“Itu dia, akhirnya ia mau pulang ke sini lagi,” balas Karim.

Mendengar jawaban Karim membuat Kahlil terkejut.

“Tidak mungkin, mengapa ia mau kesini lagi?” tanya Kahlil.

“Kudengar karena ia baru saja menemukan lokasi sejarah yang terkubur di Al-Dhahab. Tak ada yang lebih penting baginya selain sains dan kau seharusnya yang paling tahu tentang itu,” balas Karim.

“Jadi apa yang ia cari di sini?” tanya Kahlil.

“Ia mencari ….”

 Beberapa jam kemudian.

 Para konvoi dari walikota Karim sedang menikmati pelayanan dari kediaman Caine, disaat itu pula mereka mendengar sebuah suara mesin yang sangat bising. Ketika mereka melihat ke luar, nampak beberapa mobil baja yang memiliki bendera kekaisaran bergerak menuju ke kediaman Caine.

Lihat selengkapnya