Kesempatan Hidup (lagi)

Lirin Kartini
Chapter #4

BAB. 4 - PETAKA

“Sofia....”

Pemilik nama itu mengenali suara yang memanggilnya pelan. Sofia yang sejak tadi berjalan tak tentu arah, akhirnya duduk di sebuah taman sendirian. Ia tak ingin bertemu siapapun, termasuk sosok yang berdiri di sampingnya. Ia ingin sendiri untuk mencerna apa yang baru saja terjadi.

Entah bagaimana pemuda itu bisa menemukannya dalam keadaan kusut seperti orang tidak waras. Melamun sejak sore hingga malam. Tidak beranjak sedikit pun dari tempatnya, bahkan untuk makan atau minum. Puluhan pesan dan panggilan telepon dari pemudai itu, ia abaikan.

“Sofia.” Sosok itu berkata lembut. Ia berjongkok di depan sang gadis yang menampakkan wajah kaku tanpa ekspresi.

“Aku sudah mencarimu ke mana-mana. Kita pulang yuk, sudah malam,” katanya sambil menggenggam jemari Sofia.

Sofia menepis tangan Calvin. “Untuk apa kamu mencariku? Bersenang-senang saja dengan gadis barumu itu!” Ia lalu berdiri dan berjalan cepat meninggalkan Calvin.

Laki-laki itu mengejarnya. “Sofia, tunggu dulu! Biar aku jelaskan semuanya!”

Sofia tidak peduli. Ia terus berjalan tanpa menghiraukan permintaan Calvin. Ia masih sangat marah laki-laki itu telah membohonginya. Beralasan sakit, padahal dia baik-baik saja, bahkan tertawa bersama gadis lain. Semenjak itu Sofia sudah memutuskan, ia tak ingin lagi berhubungan dengan Calvin.

“Sofia, dengarkan aku dulu!” Calvin menahan tangan Sofia. “Ini tidak seperti yang kamu bayangkan!”

Sofia tidak mempedulikannya. Ia menepis tangan laki-laki itu dan menjauh. Kakinya melangkah cepat mendahului Calvin yang masih mengikutinya.

“Sofia, tunggu! Aku tidak akan membiarkanmu pergi sebelum mengetahui alasannya!”

Gadis itu berbalik menghadap Calvin. Matanya berkilat marah.

“Tidak ada yang perlu dijelaskan! Aku sudah melihat semuanya!” teriak Sofia. Air mata yang ia tahan sedari tadi kini mengalir deras di pipinya. Ia sungguh tak menyangka laki-laki itu ternyata bermain di belakangnya.

“Bukan seperti itu!” Calvin membantah. “Hubungan kami bukan seperti yang kamu pikirkan!”

Sofia heran mengapa dirinya masih bergeming di sana dan mendengar segala bantahan dari Calvin. Ia sudah mengetahuinya. Foto itu dan apa yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri, sudah cukup menjadi bukti.

Calvin masih memelas memohon-mohon kepercayaan gadis itu kembali. Namun, terlambat. Hati Sofia sudah telanjur hancur. Dua tahun berpacaran rupanya tidak cukup bagi Calvin sehingga mencari gadis lain.

“Kamu mau menjelaskan apa lagi? Semua sudah terlihat ketika kamu mulai berbohong! Calvin yang kukenal tidak akan berbohong! Atau membolos sekolah untuk alasan yang tidak masuk akal seperti ini!”

Calvin menghela napas berat. Wajah gadis di depannya terlihat marah dan kecewa. Ada bekas air mata yang telah mengering di pipinya.

“Sofia, tolong jangan begini….” Calvin menjadi putus asa karena Sofia tidak mau mendengar penjelasannya. Ia sama sekali bukan orang semacam itu.

“Sudah cukup, Calvin! Aku tidak mau mendengar apapun darimu!” teriak Sofia sambil berlari menyeberang.

Kalimat itu adalah kalimat terakhir yang ia ucapkan pada Calvin. Ia tak menyangka bahwa malam itu adalah malam terakhir kehidupannya. Sekarang, setelah memutar ulang kejadian itu, rasa sesal menyelimuti dirinya.

Lihat selengkapnya