Archie menatap ponselnya dan mendapati nama Sofia dalam daftar itu telah mendapat tanda centang. Artinya satu tugas Pengantar telah selesai, dan tugas lain telah menanti. Lampu yang berkelip-kelip di alat itu menunjukkan, ada seorang roh lain yang harus ia jemput. Sebuah nama muncul di layar beserta lokasinya. Menurut data, roh yang harus ia jemput kali ini adalah sebuah keluarga yang mengalami kecelakaan di jurang. Ia pun bergegas ke sana.
Tempat yang dituju adalah daerah pegunungan yang memang rawan kecelakaan. Meski sudah banyak rambu peringatan yang dipasang dan informasi yang beredar di media, masih saja banyak terjadi kecelakaan akibat kelalaian pengemudi itu sendiri. Struktur jalan yang sempit dan menanjak seharusnya membuat orang-orang lebih waspada dan hati-hati. Namun, entah karena alasan lain, mereka tidak mengindahkannya atau lupa.
Di siang hari itu, terlihat kepulan asap hitam yang membubung tinggi dari tempat Archie berdiri. Mobil polisi dan ambulans sudah berada di sana sejak beberapa menit yang lalu. Masyarakat di sekitar tempat kejadian turut bergerombol dan melihat dari tepi jurang.
Perlahan, Archie melangkah ke bibir jurang. Sebuah kendaraan tampak terbalik menunjukkan keempat rodanya yang masih berputar pelan. Petugas kepolisan dan tenaga medis berusaha mengeluarkan keempat tubuh yang diduga tewas. Beberapa warga juga turut membantu sebisanya.
Susahnya medan kejadian, membuat proses evakuasi berlangsung lama. Mereka harus bergegas dan berpacu dengan waktu sebelum kendaraan itu meledak karena bahan bakar yang mulai menetes.
Archie mengamati semuanya dalam diam. Dari obrolan-obrolan singkat warga dan juga saksi mata, keluarga itu hendak kembali ke kota dari berlibur. Terlihat dari beberapa tas dan koper yang berserakan. Jalan ini memang dikenal sebagai jalan pintas meski medannya sulit. Saksi mengatakan, mobil itu sempat oleng sebelum akhirnya jatuh ke jurang. Kemungkinan pengemudinya sedang lelah atau mengantuk.
“Iyo, jarene ngono kuwi. Ban e ngepot.” 1
“Mesake …. Anak e jek cilik-cilik.” 2
“Ancen kok, urip ing donya iku, ora ono seng reti kapan waktu e.” 3
“Iku mau, teko liburan. Re … re … represing iku lho. Lha mulih e dadi ngene.” 4
“Kiro-kiro, dekne nyesel po ora, yo?” 5
Archie berdiri di sebelah warga yang sedang mengobrol. Tentu saja mereka tidak bisa melihatnya. Ia hanya menangkap beberapa obrolan kecil mereka dengan bahasa daerahnya.
Membutuhkan waktu satu jam untuk membawa keempat jenazah naik dari jurang dan membawanya dengan ambulans. Bunyi sirene segera meraung bising bersamaan dengan laju kendaraan yang beriringan menuju rumah sakit di kota.
Empat pasang mata memandang heran ambulans yang pergi dengan membawa jasad mereka. Dua sosok laki-laki dan perempuan yang masing-masing menggandeng bocah laki-laki, saling bertukar pandang. Kemudian maniknya beradu dengan milik Archie.