Kesempatan Hidup (lagi)

Lirin Kartini
Chapter #13

BAB. 13 - Sendiri

Archie dan Dito kembali berada dalam ruangan redup dan suram swalayan yang mereka masuki sebelumnya. Sedikit cahaya menyusup di celah pintu yang terbuka. Mereka membukanya dan segera saja berada dalam swalayan yang sudah sepi.

Toko itu masih buka, tapi tidak banyak pembeli di sana. Hanya ada dua pengunjung di rak makanan yang berlainan dan seorang lagi berada di kasir. Beberapa kali bunyi bip terdengar saat pemuda yang bertugas memindai belanjaan.

Keadaan di luar sudah gelap. Archie mengajak Dito keluar melalui pintu yang terbuka dengan sendirinya oleh sensor.

“Selamat datang di ….” Petugas kasir segera menutup mulutnya ketika tidak ada siapa pun yang masuk melalui pintu kaca itu. Bahkan pembeli yang ia layani juga sama herannya. Tanpa sadar bocah kecil itu terkikik melihat wajah pucat mereka.

Di luar, Dito mendongak menatap Pengantarnya yang tersenyum tipis. Ia merasa Archie melakukan hal itu untuk membuatnya tertawa.

“Tadi itu, Om sengaja, ya?” tanyanya.

Archie menunduk menatap Dito.

“Jadi, hantu itu betulan ada, ya?” Dito bertanya lagi. “Biasanya di film atau cerita, ada pintu yang terbuka sendiri, tapi tidak ada orangnya.” Ia menatap ke dalam toko. Terlihat pembeli dan kasir itu masih keheranan.

Archie tidak menjawab, melainkan menuruni dua anak tangga lalu berjalan di trotoar. Dito mengikutinya dalam diam. Kaki-kaki kecil itu berusaha menyamai langkah Archie. Ketika gerak mereka sudah seirama, jari mungil itu menggenggam ibu jari Archie.

“Terima kasih, ya, Om, sudah membuatku tertawa,” katanya pelan. Ia mengusap matanya yang basah. Sejujurnya anak kecil itu masih sangat sedih berpisah dengan keluarganya. Ia menahan diri untuk tidak menangis di depan orang tua dan saudaranya.

Archie membiarkan Dito terus menggandeng tangannya. “Rumah sakit terdekat masih agak jauh. Kita perlu bergerak lebih cepat. Sudah siap?”

Dito menatap tak mengerti pada Archie. Namun, untuk saat ini ia hanya bisa menurutinya, lalu mengangguk. Tak lama, tubuhnya ikut berlari mengikuti Archie.

Keadaan di sekitar Dito tampak melesat cepat, meski ia hanya berlari kecil tanpa merasa lelah. Tampaknya dimensi waktu dalam genggaman Archie berbeda dengan dunia di luar sana. Beberapa saat kemudian mereka sampai di rumah sakit.

Archie segera membawa Dito ke ruangan di mana tubuh mungil itu tergeletak dengan peralatan medis yang mengelilinginya. Tidak ada siapa-siapa di sana mengingat jam berkunjung sudah usai, dan anak itu tidak memiliki siapa pun lagi di dunia ini.

Seorang perawat mengecek selang infus yang tergantung di atas tempat tidur. Ia menatap wajah tak berdosa itu dengan iba. Kain putih yang membalut kepalanya menandakan ada cedera cukup parah di sana.

Lihat selengkapnya