Kesempatan ke dua utk jaeho

Corelitho
Chapter #2

#2

Sejak tersadar dari komanya, Jaeho memutuskan untuk tidak menceritakan kepada siapapun tentang pengalamannya selama tiga tahun. Dia tahu, tidak ada yang akan percaya jika dia bercerita tentang kehidupan di kota asing yang penuh perjuangan itu. Semua kenangan tersebut kini terkunci dalam benaknya. Fokusnya sekarang adalah membantu ayahnya yang sakit keras. Namun, biaya pengobatan yang sangat besar membuatnya kewalahan.

Jaeho berusaha mencari pinjaman dari berbagai sumber. Pagi itu, setelah dari rumah sakit, ia mencoba menelepon satu-satunya paman yang ia miliki, berharap bisa mendapat bantuan.

"Paman, ayah butuh biaya pengobatan segera. Aku tidak tahu harus ke mana lagi. Bisa bantu aku, meski sedikit?"

Jawaban pamannya dingin dan tanpa empati. "Maaf, Jaeho, tapi paman tidak bisa membantu. Paman juga sedang kesulitan keuangan sekarang." Paman memotong pembicaraan dengan cepat, membuat Jaeho terdiam. Telepon pun terputus, dan Jaeho hanya bisa menatap ponselnya dengan putus asa.

Namun, dia tidak menyerah. Setelah menyusun keberaniannya, Jaeho memutuskan untuk pergi ke kantor-kantor peminjaman uang yang direkomendasikan oleh beberapa teman kampusnya. Peminjam pertama yang ia datangi adalah sebuah lembaga kecil yang sering meminjamkan uang kepada mahasiswa.

Ketika tiba di kantor itu, Jaeho bertemu dengan seorang pria tua berperut buncit yang duduk di belakang meja. Dengan suara serak, pria itu langsung menyelidik.

"Kau butuh uang? Berapa banyak? Kau punya jaminan?"

"Aku butuh cukup banyak untuk biaya operasi ayahku. Tapi aku tidak punya jaminan," jawab Jaeho, berusaha terdengar tegas meskipun dalam hatinya dia sangat ragu.

Pria itu tertawa kecil dan menggeleng. "Tidak ada jaminan, tidak ada uang. Pergilah, kau hanya membuang waktuku."

Rasa malu menghantam Jaeho. Dia berjalan keluar kantor dengan kepala tertunduk, merasa kecil. Tapi ia masih belum mau menyerah. Sore harinya, ia mencoba mendatangi satu peminjam lagi, berharap hasilnya akan berbeda.

Peminjam berikutnya bahkan tidak mau repot-repot mendengarkan cerita Jaeho secara penuh. Setelah mendengar bahwa ia tidak punya jaminan, pria tersebut langsung menyuruhnya keluar dengan sikap yang kasar.

Hari itu, Jaeho menghabiskan waktu dengan menemui berbagai orang yang mungkin bisa memberikan pinjaman, tetapi hasilnya selalu sama. Ia hanya mendapat penolakan atau penghinaan. Bahkan teman-teman kuliahnya yang selama ini terlihat dekat, tiba-tiba menjauh dan tidak bisa membantu.

Lihat selengkapnya