Setelah menerima bantuan dari keluarga Soo Jin, Jaeho segera mengatur segala kebutuhan untuk pengobatan ayahnya. Hatinya sedikit lega, meskipun ketegangan masih terasa. Ayahnya telah menjalani banyak tes, dan dokter akhirnya merekomendasikan operasi besar yang harus dilakukan segera.
Pagi itu, Jaeho menemani ayahnya ke rumah sakit untuk persiapan operasi. Rasa cemas tidak bisa dia sembunyikan, namun di depannya, Jaeho berusaha tampak tegar.
"Apa kau siap untuk ini, Yah?" tanya Jaeho saat mereka menunggu di ruang tunggu rumah sakit.
Ayahnya, yang sudah tampak semakin lemah, hanya tersenyum tipis. "Aku selalu percaya padamu, Jaeho. Kau sudah melakukan lebih dari yang seharusnya. Apapun yang terjadi nanti, jangan salahkan dirimu."
Kata-kata ayahnya membuat hati Jaeho semakin berat. "Jangan bicara seperti itu. Operasi ini akan berjalan lancar, dan kau akan sembuh."
Tidak lama setelah itu, dokter datang untuk mempersiapkan ayah Jaeho ke ruang operasi. Saat melihat ayahnya didorong di atas ranjang ke ruang operasi, Jaeho merasa dunia di sekelilingnya seolah hening. Setiap langkah terasa seperti beban yang semakin berat.
"Ayah akan baik-baik saja," gumamnya berusaha meyakinkan diri sendiri. Namun, tak bisa dipungkiri, kekhawatiran mendalam menghantui pikirannya.
Di luar ruang operasi, Jaeho duduk sambil menggenggam erat tangannya. Eunji datang untuk menemani, membawa kopi dan roti. "Kau sudah makan? Kau harus tetap kuat," kata Eunji sambil menyerahkan kopi.
"Terima kasih, tapi aku tidak lapar," jawab Jaeho pelan, matanya tidak lepas dari pintu ruang operasi.
"Operasi seperti ini memang rumit, tapi dokter-dokter di sini hebat, mereka akan melakukan yang terbaik," ujar Eunji mencoba menghibur, meski ia pun ikut merasa tegang.