Beberapa bulan terakhir, Soo Jin tampak lebih pendiam dari biasanya. Wajah cerianya yang dulu menghiasi hari-hari Jaeho kini berubah. Jaeho, yang sudah sangat akrab dengan Soo Jin, mulai merasakan bahwa ada sesuatu yang mengganggunya.
Di suatu sore, ketika mereka sedang duduk di kafe favorit mereka, Jaeho mencoba untuk memulai percakapan. “Soo Jin, belakangan ini kau tampak murung. Ada apa?”
Soo Jin menatap cangkir kopinya dalam diam. Setelah beberapa saat, dia menghela napas panjang. “Usaha keluargaku… sedang dalam masalah besar.”
Jaeho menatapnya dengan penuh perhatian. “Apa yang terjadi?”
Soo Jin menundukkan kepalanya, suaranya penuh rasa sakit. “Saingan terbesar bisnis ayahku melakukan tindakan curang untuk menghancurkan kami. Perusahaan mereka menggunakan berbagai cara licik untuk meruntuhkan usaha kami. Mereka menyabotase pasokan bahan baku, menyebarkan rumor negatif tentang produk kami, dan bahkan mempengaruhi pelanggan besar untuk memutus kontrak.”
Jaeho terdiam sejenak, mencoba memahami situasi. “Apakah kau tahu siapa yang melakukannya?”
Soo Jin mengangguk lemah. “Perusahaan Hanil Corporation. Mereka selalu menjadi saingan utama kami. Tapi aku tidak menyangka mereka akan melakukan hal sekeji ini. Ayahku sudah mencoba melawan, tapi mereka terlalu kuat.”