Beberapa hari terakhir, persoalan Putri dan pacarnya Andi, terus saja mengusik Aisyah. Inginnya mengabaikan, tetapi dia masih sangat peduli dengan sahabatnya. Dia tidak tega melihat sahabatnya disakiti terus menerus. Tetapi, entah apa yang bisa dilakukannya. Semakin dia menasihati Putri, semakin buruk hubungan mereka.
Di kampus pagi ini, Aisyah, lagi, menyinggung perihal Andi.
“Putri bagaimana kabarmu dengan Andi?”
“Masih baik-baik saja, Syah. Andi barusan dari sini menemuiku.”
Apa yang bisa kukatakan lagi? Bagaimana aku harus menguraikan kata untuk mengingatkanmu lagi sahabatku. Andi itu tidak layak untukmu, secara terang-benderang dia mengkhianatimu seperti ini tetapi kamu masih saja mempertahankannya.
Aisyah hanya bisa membatin. Dia kehilangan kekuatan untuk mengingatkan Putri.
“Syah, aku mau kasih kabar baik,” sambung Putri.
“Kabar baik?”
“Tadi, waktu Andi kesini, aku tanya bagaimana kelanjutan hubungan kami. Dia bilang sangat serius. Untuk membuktikannya, dia akan segera datang melamarku,” tutur Putri, dengan wajah yang berseri-seri.
“Melamar? Serius?” Aisyah kaget.
“Iya serius. Kamu saja yang selalu berprasangka buruk pada Andi. Apa yang aku katakan kepada kamu terbukti benar, kan? Aku tak masalah dengan siapa Andi sekarang, apa yang dia lakukan sekarang. Karena aku tahu, dia akhirnya akan bersamaku.”
Putri, Putri, sahabatku. Sedemikian besarkah rasa cintamu kepada Andi, laki-laki seperti itu. Bagaimana dia bisa menjadi penjagamu kelak. Sekarang saja dia tidak pernah memedulikan perasaanmu, sahabatku.
“Terus kuliahmu bagaimana, Put? Apa enggak sebaiknya kamu selesaikan dulu?”
“Kamu bagaimana sih, Syah. Dulu meragukan Andi, sekarang Andi mau serius, kamu malah memintaku mundur!”
“Sayang, kan, kuliahmu Put, sudah hampir selesai,” sambung Aisyah. “Intinya sekarang, aku mau fokus ke hubunganku dengan Andi.”
Aisyah menarik napas panjang.
“Kalau itu sudah menjadi keputusanmu, aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu, Put.”
“Kini semua prasangka baikku terbukti, aku tidak perlu menunggu lama untuk meresmikan hubunganku dengan Andi. Janjiku akan setia padanya tidak sia-sia.”
“Terus bagaimana janji Andi, setia sama kamu?”
“Kesetiaan Andi? Walaupun fisiknya dengan orang lain, asalkan dia tetap bisa menjaga hatinya untukku, ya itu kan sudah setia namanya.”
“Putri, kamu wanita yang baik. Aku hanya berharap kamu bisa mendapatkan yang terbaik untuk menemanimu sampai akhir nanti.”
“Kamu tidak usah khawatir Syah, Andi adalah laki-laki terbaik yang tepat untukku. Kamu jangan takut, percaya padaku, Aisyah.”
“Iya Put, semoga dialah yang terbaik.”
Dengan berat hati, Aisyah hanya bisa menguatkan dirinya, mendengar keputusan Putri. Percakapan keduanya, kembali mengakhiri pertemuan di kampus pagi ini. Pertemuan yang selalu sama, dan tidak membawa ketenangan bagi Aisyah.
Setelah menyelesaikan semua urusan di kampus, Aisyah bersegera kembali ke rumah. Percakapan dengan Putri pagi tadi, selalu saja mengganggu kedamaian hatinya. Dia selalu bingung menempatkan dirinya.
Setelah tiba di rumah, persoalan Putri masih saja membayangi setiap langkahnya. Di mana pun dia berada, apa pun yang dia kerjakan. Kekhawatiran terhadap sahabatnya, tidak bisa menjauh.
“Syah.” Suara Rumi, membawa Aisyah, bangun dari lamunan. “Kok kamu murung?” tanya Rumi.
“Aku bingung Kak, sikap Putri.”
“Putri, kenapa lagi?”
“Putri mau menikah.”
“Mau menikah? Bukannya kuliahnya belum selesai?”
“Ya itu, yang aku ingatkan ke dia. Apa tidak bisa, dia selesaikan dulu kuliahnya? Sayang kan, Kak? Banyak orang yang mau kuliah, tetapi enggak mampu. Sedang dia mampu, tetapi menyia-nyiakannya begitu saja.”
“Ya, kalau itu keputusan Putri, kamu enggak bisa juga, mengatur terlalu jauh, Syah.”
“Aku seperti sahabat yang gagal, Kak.”
“Intinya, kamu sudah berusaha dan selalu mengingatkan Putri. Pernikahan juga sesuatu yang baik, Dik. Setidaknya Putri tidak berlama-lama dalam hubungan yang salah.”
“Tetapi itu lho Kak, pacarnya itu penipu!”
“Maksudnya?”
“Andi itu suka selingkuh Kak. Dia sudah berulang kali selingkuh, sejak pacaran dengan Putri.”
“Terus kenapa Putri menerima?”
“Ya begitu, Putri seperti sudah kena pelet cintanya Andi. Putri menjadi buta Kak. Dia tidak peduli apa pun yang dilakukan Andi. Kalau aku ingatkan, jawabnya selalu sama. Aku sangat percaya sama Andi. Percaya bagaimana, jelas-jelas dihadapannya Andi selingkuh. Aku enggak mengerti sama sekali Kak!”
“Kamu sudah berusaha, sekarang tugas kamu doakan yang terbaik untuk Putri.”