Aisyah terus mengawasi Mira yang tertidur pulas. Tampak kelelahan yang sangat di wajahnya.
Aisyah lantas mengambil posisi di sebelah tempat tidur Mira, sambil menoleh ke arah buku-buku yang tersusun rapi di meja kerja Mira.
Dia mengambil salah satu buku untuk menemaninya menuju tidur malam ini.
Berat sekali rasanya, matanya ingin terpejam, sedang disampingnya ada seseorang yang tengah terbaring lemah. Setiap menit, Aisyah selalu berusaha memantau panas Mira.
Aisyah akhirnya memutuskan jika suhu badan Mira tak jua turun sampai besok pagi, Mira harus dibawa ke rumah sakit.
Dia khawatir, kondisi Mira semakin lemah.
Aisyah menatap wajah Mira. Dia melihat ketegaran yang luar biasa. Seorang wanita yang mampu berdiri tegak dengan status jandanya selama dua tahun ini.
Kak Mira memang luar biasa. Aku menyayangkan kegagalan pernikahan kak Mira.
Mengapa harus kak Mira? Wanita hebat, rendah hati, baik, diberikan takdir kehidupan yang begitu berat. Betapa kuatnya dirimu kak.
Di tengah lamunannya, terdengar suara Mira memanggil namanya.
“Aisyah?”
“Kak Mira? Kok enggak tidur?”
Mira tidak menjawab pertanyaan Aisyah, dia hanya tersenyum lemah.
“Syah, betapa beruntungnya Kak Mira punya seorang adik perempuan.”
Aisyah tersenyum dan memegang tangan Mira.
“Syah, Kak Mira itu punya satu adik laki-laki. Andai saja Allah kasih satu adik perempuan, ya?”
“Kan sudah ada Aisyah, Kak.”
“Tetapi, Kakak maunya, yang akan selalu ada menemani Kak Mira.”
“Ada Aisyah, Kak. Ini Aisyah sudah ada menemani Kak Mira!”
“Jika saja ya, Aisyah?”
“Kok Kak Mira mikirnya macam-macam? Kak Mira sekarang harusnya istirahat, tutup mata dan tidur. Ya Kak ya, supaya besok Kak Mira bisa lebih sehat.”
“Aisyah, andai saja Abduh seusia kamu?”
“Maksud Kak Mira?”
“Kak Mira ingin sekali menjodohkan kalian berdua. Abduh itu anak baik, saleh dan bertanggung jawab. Andai saja bisa.”
“Kak Mira, istirahat ya. Enggak usah mikir aneh-aneh.”
Mira hanya tersenyum, Aisyah memaksanya memejamkan mata.
Akhirnya, beberapa menit kemudian, Mira akhirnya terlelap.
Beberapa menit berlalu, Aisyah pun ikut tertidur.
***
Di sudut ruangan yang berbeda, seorang pria belum bisa memejamkan matanya.
Ada rasa yang berbeda hadir dalam hati dan pikirannya.
Ya Robb, apa yang terjadi padaku? Apakah aku jatuh cinta dengannya? Kebaikan hatinya menusuk tepat ke dalam hati ini ya Robb.
Perlakuannya ke kakakku, membuat aku benar-benar jatuh hati padanya. Saat melihat senyumannya, hati ini tidak bisa kukendalikan getarannya, ampuni aku Ya Robb. Lindungi aku.
Dalam sujud yang panjang di akhir malam ini, terkirim doa dan harap yang begitu tinggi dari seorang pencinta, yang saat ini dilanda badai cinta yang begitu menyiksanya.
Air matanya tak mampu dia kendalikan, kepasrahan seutuhnya dia berikan kepada Sang Penguasa Langit. Dia terus berzikir dan bermunajat, mengharap perlindungan.
Beberapa jam berlalu, tepat pukul lima pagi, alarm di kamar Mira berbunyi.
Bunyi alarm begitu ramai, memenuhi seluruh ruangan.
Aisyah terbangun setengah sadar.
Dia melihat jelas, ternyata pagi sudah menjemput. Dengan berat, Aisyah mengangkat kepala dan dia terkesiap saat sadar, ternyata Mira tidak ada di tempat tidurnya.
Aisyah panik dan bersegera meninggalkan kenyamanan tempat tidurnya, mencari keberadaan Mira.
Namun, saat menoleh ke belakang, Mira ternyata sedang menunaikan salat subuh. Aisyah akhirnya lega, dia segera berwudhu untuk menunaikan salat.
“Aisyah kok tidurnya di bawah?” tanya Mira, setelah Aisyah menyelesaikan salat.
“Aisyah kan tujuannya mau menjaga Kak Mira. Kalau tidurnya enak, yang ada Aisyah yang dijagain.”
Tawa Aisyah, merekah.