Kesempatan

BossyTika
Chapter #2

Perlakuannya Padaku

Angin sejuk di pagi hari ini cukup membuat napasku kembali segar. Setelah berbulan-bulan aku habiskan waktu untuk menyendiri, mencari tahu apa kurangnya aku dan apa kesalahanku hingga lelaki itu berani mengatakan kalimat perpisahan itu. Semestinya dia langsung saja pergi menghilang dari hadapanku. Menjauh sejauh-jauhnya agar aku tidak mampu mencarinya. Pergi menghilang tanpa pamit agar aku tidak merasa terlalu sakit. 

Bukan aku yang meminta semua ini terjadi. Tetapi dia yang awalnya terus mendekatiku, membuatku nyaman hingga akhirnya merasa aman saat dengannya. Mengubah aku yang terbiasa mandiri jadi bergantung padanya, entah sadar atau tidak, itu yang aku rasakan.

Jauh sebelum aku dan dia menjadi akrab, aku sudah memutuskan hubungan dengan kekasihku terdahulu, sebab aku merasa jika kami berdua memang sudah memiliki hubungan yang tidak sehat lagi. Jarang berkomunikasi karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Padahal itu satu-satunya cara kami untuk menjaga keharmonisan suatu hubungan, sebab sebuah jarak benar-benar menjadi jurang pembatas di antara kami.

Benar, aku menjalani long distance relationship saat itu dengan seorang lelaki. Rupawan serta mapan. Kami berkenalan saat aku sedang liburan. Hingga akhirnya kami menjalin asmara beda pulau. Komunikasi kami semakin renggang, apalagi semenjak Reza hadir di antara kami. 

Aku sadar hubunganku dengan Angga sudah tidak bisa lagi dipertahankan. Bukan hanya karena komunikasi yang terganggu, tetapi lambat laun rasa kepercayaan di antara kami pun semakin menipis dan akhirnya kami sepakat untuk mengakhiri semuanya. Benar-benar atas kesepakatan bersama, bukan sepihak seperti yang Reza lakukan padaku beberapa bulan lalu. 

Dan di saat hubunganku dengan Angga usai, seminggu kemudian aku dan Reza menjadi lebih akrab. Tidak bisa aku pungkiri, hubungan jarak dekat dan sekota memang akan terasa lebih kuat, dibandingkan dengan jarak jauh. Minim rasa curiga ataupun rasa cemburu. Dan semua akan kalah saat rasa rindu terobati dengan tatapan langsung, bukan melalui video call atau hanya dengan sebuah suara di telepon. 

Aku melepaskan Angga dan membuka diri untuk Reza. Itu yang aku lakukan. Namun siapa sangka, aku mendapatkan karmaku. Reza mencampakanku dengan alasan tidak ingin menyakiti pasangan masing-masing. Siapa pasanganku? Aku tidak memiliki siapa pun. 

Dan di saat itu aku baru menyadari, bahwa dia mengatakan itu karena dia tidak ingin menyakiti pasangannya. Ya, kekasihnya. 

Otakku seribu kali lebih cepat bekerja saat itu, tetapi bukan untuk mencerna ucapannya, melainkan untuk membisikkan pada hatiku sendiri, bahwa selama ini aku sudah diperdaya. Aku hanya dimanfaatkan. 

Sejak awal dekat dengan Reza, aku memang tidak berniat yang aneh-aneh. Aku memang tidak meminta hatinya, tidak meminta hartanya atau bahkan tidak meminta status darinya. Semua aku lakukan atas dasar pertemanan semata. Membohongi hati nurani yang sebenarnya sudah jatuh cinta padanya. Mestinya aku sadar, yang namanya jatuh pasti akan sakit. Apalagi yang namanya jatuh cinta. Tidak ada yang indah. Tidak ada yang sempurna. Semua hanya sakit. 

Aku masih ingat betul saat pertama kali bertemu dengannya di acara pesta pernikahan salah satu teman sekolahku dahulu, Jonathan. Yang ternyata adalah salah satu dari keluarganya. 

“Kenalin, ini sepupu aku, namanya Reza,” ucap Joe yang mengenalkanku pada Reza. Lelaki itu tersenyum manis padaku sembari menyodorkan tangannya, mengajakku untuk bersalaman. 

“Za, kenalin ini temen aku dulu waktu sekolah SMA, namanya Adella,” tambah Joe lagi. 

Aku menyambut sodoran tangannya itu lalu menggenggam erat layaknya bersalaman, dengan senyuman yang masih sama-sama kami kembangkan. Kedua mata kami saling memandang tanpa kedip hingga suara Joe kembali memecah suasana. 

Lihat selengkapnya