Malam harinya, pukul sepuluh malam di sebuah tempat bar merangkap karaoke, The Plaza KTV & Lounge, sang pemilik melangkahkan kakinya masuk ke dalam, melewati tangga demi tangga menuju ke lantai atas.
Lantai dansa yang ada di bawah dipadati banyak pengunjung. Suara musik DJ yang menghentak membuat orang-orang itu berbaur, saling joget, meliukkan badan mengikuti irama musik yang keras. Kulit dan kulit saling bersenggolan, para pengunjung mesum memanfaatkan kesempatan yang ada untuk meraba-raba paha dan kulit mulus wanita muda. Semua orang larut dalam kesenangan duniawi yang menyesatkan.
Evans Wijaya O'Neill, pemuda tampan itu merapikan jas dongkernya tatkala jari lentik seorang wanita berpakaian sexy menghadangnya.
"Evans, kupikir kau tak datang malam ini, bersama siapa? Sendirian kan? Mau kutemani?" tanya wanita bergincu merah menyala itu menggoda.
Pemuda itu tersenyum lebar, "Aku ada urusan penting sekarang, maybe next time, honey." jawabnya menolak ramah.
"Boleh aku pergi sekarang? Aku lihat di lantai bawah ada pelanggan tetap mu sedang minum, mungkin kau berminat untuk bergabung dengannya."
"Martin datang?" pekik wanita itu tersenyum cerah.
Evans mengangguk, lalu pergi dari sana setelah wanita itu menghilang dari pandangannya. Ia masuk ke sebuah ruangan yang termasuk ke dalam ruangan khusus pelanggan VVIP. Untuk bisa membooking tempat itu, pelanggan harus memiliki kartu keanggotaan dengan biaya bulanan mencapai puluhan juta supaya dapat menikmati fasilitas lengkap di dalamnya.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dulu, ia membuka pintu. Ruangan itu nampak luas, dengan interior mewah dan segala perabotan di dalamnya sangat lengkap.
Di sofa panjang yang berbentuk L, duduk seorang wanita cantik dengan gaun selututnya. Perawakannya bak model, parasnya begitu cantik dengan polesan make-up tebal tapi cocok jika wanita itu lah yang mengaplikasikannya.
Melihat kedatangan laki-laki yang ditunggunya, Elsa mengulas senyum paling cantik yang bisa dia tunjukkan.
Evans tertegun dengan jantung berdebar kencang. "Aku berencana ke Australia bulan ini dan menemuimu di sana, tak menyangka kau lebih dulu pulang ke Indonesia."
Elsa menggeser duduknya ke samping, membiarkan Evans duduk di sebelahnya. Saat pria itu sudah duduk dengan tenang, Elsa lantas berkata, "Apa begini salam sambutannya padahal kita sudah tidak bertemu selama empat bulan?"
Evans terkekeh, kemudian mencondongkan tubuhnya ke depan, "Kau mau aku sambut dengan cara yang seperti apa?" godanya dengan kerlingan nakal dan Elsa menyambut pria itu dengan cara mengalungkan kedua lengannya di leher Evans.
"Give me a deep kiss till i can't breath, Darling~" bisiknya rendah di telinga sang kekasih.
Mendapat rayuan, mana mungkin Evans tidak mau. Ia langsung mencium bibir mungil itu, melumatnya basah dan lama sampai Elsa jatuh lemas dan sepenuhnya bersandar padanya.