Kedatangan Morgan Sore itu ke rumah Surya mengejutkan. Pasalnya tidak ada pemberitahuan dan tiba-tiba lelaki itu kini duduk di sofa ruang keluarga.
Delia baru saja pulang dari bekerja ketika didapatinya sang calon suami berada di rumahnya.
"Kau tidak mengabari aku kalau mau ke sini? Tidak ada pekerjaan kah?" tanyanya seraya mengambil duduk di sebelah Morgan.
Saat ciuman mendarat di kening, Delia tanpa sadar menutup mata. Sesudahnya, kedua orang itu tersenyum satu sama lain
"Tidak bolehkah aku kemari tanpa memberi kabar? Aku ingin memberimu kejutan."
"Yeah, dan kau berhasil membuatku terkejut." jawab Delia seraya menyandarkan kepalanya di bahu Morgan.
"Dan aku lah bosnya, sayang. Terserah aku mau libur bekerja atau tidak. Aku hanya terlalu merindukanmu. Makanya aku datang. Beruntung sekali kau sudah berada di rumah, jadi aku tak perlu menunggu sendirian lama-lama." ujarnya lagi dengan nada sombong, membuat Delia tertawa ketika melihat raut wajahnya yang menyebalkan namun masih tampan.
Tanpa sepengetahuan Delia, Morgan mengedarkan pandangannya sekeliling, seolah-olah sedang mencari sesuatu. Dan di atas sana lah dia menemukan apa yang sedang dia cari. Wanita itu, bersandar santai di teralis besi di lantai atas, menatap padanya dengan senyuman yang tak pernah bisa dilupakannya.
Delia tak pernah tahu, bahwasanya lelaki yang akan menjadi suaminya merupakan mantan kekasih dari adik tirinya sendiri. Kedua orang itu seolah sepakat tanpa kata ingin merahasiakan hubungan di masa lalu dari diketahui Adelia.
"Jadi bagaimana dengan gaun pengantinnya? Kau sudah menetapkan pilihan?"
Bahkan saat dia menanyakan itu, tatapannya terus tertuju pada wanita di lantai atas.
Delia menguap, tiba-tiba merasa ngantuk. Mungkin karena dia disibukkan dengan pekerjaan serta persiapan pernikahan, ia tak punya banyak waktu beristirahat.
"Mama yang pilihkan, aku menurut saja."
"Kau suka atau tidak? Kalau tidak, kau bisa mengubahnya sebelum acara kita hampir mendekati." ujar Morgan perhatian seolah yang terpenting di sini adalah keinginan Delia.
Delia mengulas senyum, merasa hangat hatinya karena perhatian kecil itu. "Tidak apa-apa, toh pilihan mama Sarah sama bagusnya."
"Sepertinya aku perlu ke kamar mandi." ujar Morgan tiba-tiba.