Husna berdiri di depan kaca, membenarkan kerudung pashmina juga gamisnya, hari ini dia berniat akan pergi ke kuburan Ayahnya, tidak ada kebahagiaan di wajah Husna ketika hari ini tiba. Walau saat kepergian ayahnya dulu dia masih terbilang sangat kecil, bahkan usianya lima tahun, tapi Husna bisa merasakan kesedihan itu hingga sekarang dirinya dewasa.
"Mau kemana kamu Husna?"
Ucapan berat dari Ilyas menghentikan langkah Husna yang akan keluar dari rumahnya. Namun sedetik kemudian Husna tersenyum lalu menghampiri Ilyas berniat menyalami, namun Ilyas hanya terdiam tanpa berniat mengangkat tangannya.
"Aku mau ke kuburan, Pak."
"Kamu mau jadi perempuan nakal ya?"
"Loh, bapak bilang apa sih? Emang saya nakal kenapa pak? Saya cuma mau ke kuburan bapak."
"Ini sudah sore, seharusnya kamu sebagai perempuan ada di rumah, kenapa ngga pagi tadi?"
"Pagi aku kerja pak, siang aku juga harus ke pesantren."
"Udah pak, sana Husna kamu berangkat." Nadia kini menghampiri keduanya.
"Aku berangkat bu, pak. Assalamu'alaikum." Husna pergi tanpa bersalaman dengan kedua orang tuanya seperti biasa, ucapan Ilyas sungguh sangat menyakitkan.