Ketentuan Takdir

Nurlela
Chapter #11

Kita dan takdir

Gadis dengan tangan yang mencengkram erat gamisnya itu, kini hanya bisa menunduk, dengan menahan air matanya agar tidak jatuh tepat di hadapan lelaki bersorban, haruskah kedatangan laki-laki yang kyainya katakan hari ini?

"Kedatangan saya kemari, ingin meminta putri ibu dan bapak, Husna. Izinkan saya mengatakan niat saya datang kemari Pak buk. Saya ingin meminta putri kalian, untuk saya jadikan istri."

Flashback on!

"Husna putriku."

"Ada apa kyai?"

"Suatu saat akan ada seorang laki-laki yang datang ke rumahmu, kedatangannya bukan hanya mampir, namun akan memintamu kepada orang tuamu. Husna, dialah yang akan menjadi jawaban dari setiap mimpi yang selalu hadir dalam tidurmu."

Husna menghentikan aktivitas memaknai kitabnya, melihat kyai yang sudah dianggap sebagai ayahnya, benar, Husna sering menceritakan mimpinya kepada kyai Syakir, mimpi di mana seorang laki-laki datang dan menggenggam tangannya, namun wajah laki-laki itu tidak jelas, terhalang oleh cahaya, karena mimpi yang sama setiap malam, hingga Husna lebih memilih menceritakan mimpinya, dan mencari jawaban.

"Aku belum siap jika laki-laki itu datang Kyai."

"Tidak sekarang, mungkin satu atau dua tahun lagi."

Setelah mendengar itu Husna tersenyum, pada saat itu mungkin dirinya sudah siap menikah, namun jika sekarang dirinya belum siap.

"Jika cinta nya lebih besar kepada Allah. Maka, Husna berjanji Kyai, akan menerima dirinya ketika dia datang."

Flashback off!

Percakapan itu baru saja terjadi dua Minggu yang lalu, satu tahun, dua tahun, atau satu Minggu dua Minggu? Husna benar-benar tidak percaya jika laki-laki itu datang sekarang.

Atas dasar apa kamu datang dan mau menikahi ku?" tanya Husna mengangkat wajahnya.

"Atas dasar kepercayaan saya kepada Allah yang sudah menunjukkan kamu."

"Aku tidak mencintaimu."

"Jika Kalam Takdir mu adalah saya, maka kamu bisa apa, Husna?"

Husna terdiam, namun setelahnya dia berdiri, melihat Khaisan dengan lekat, Husna menggeleng keras bahwa dia belum siap, dengan segera Husna berlari pergi dari rumahnya.

Lihat selengkapnya