Ketentuan Takdir

Nurlela
Chapter #14

Khitbah

*****

Sampai nya Hasyim dan Khaifa ke pesantren Al-Furqon tentu mendapatkan sambutan dari para santri di sana, mereka dengan bergilir bersalaman. Namun mereka tidak pernah tau bahwa Khaisan yang sering di panggil laki-laki bersorban atau musafir itu adalah putranya.

"Kyai ada di mana?" tanya Hasyim.

"Ada di Ndalem Gus, bersama keluarga."

"Gus Hasyim, Ning Khaifa. Kyai menyuruh Ning dan Gus masuk," ucap salah satu santri.

Hasyim tersenyum, begitu juga dengan Khaifa, keduanya kini melangkah masuk ke dalam Ndalem.

"Assalamu'alaikum Kyai, Gus, Ning."

"Waalaikumsalam, Masya Allah putraku, ayo duduk, bagaimana keadaan Abi dan Ummi mu?" Tanya Kyai Syakir lalu mempersilahkan duduk.

"Alhamdulillah Kyai."

"Di mana Khaisan Hasyim?" Kali ini Syazwan yang bertanya.

"Di luar, bersama putra kalian."

"Ning Khaifa, baru kali ini saya melihat kamu Ning, selama Khaisan di sini, Ning Khaifa tidak pernah menjenguknya."

Khaifa tersenyum, bukan tidak mau menjenguk, hanya saja Khaifa tidak mau semakin memikirkan putranya, dia lebih baik merindukan, tanpa melihat wajah putranya yang akan sedih, ketika dia tinggalkan lagi.

"Jika saya ikut kesini Ning Aminah, Saya tidak bisa melihat wajah putra saya yang menangis ketika saya akan pulang."

Aminah Zazirah. Istri dari Syazwan itu mengangguk mengerti, mereka sama sama seorang ibu.

"Assalamu'alaikum." Khaisan kini masuk kedalam, menyalami semua orang yang ada di dalam Ndalem, setelahnya dia duduk di lantai tepat di dekat Abinya.

"Duduk di atas Khaisan."

"Tidak Kyai, aku di sini saja."

"Karena putra kami di sini, kami mau menyampaikan maksud kami kyai, kami ingin meminta tanggal yang baik untuk pernikahan Khaisan."

Kyai Syakir buru-buru tersenyum. "Dia sudah menerima kamu Khaisan?"

"Alhamdulillah menerima Kyai."

"Kenapa meminta tanggal kepada ku nak? Kalian sendiri pastinya sudah tau tanggal yang baik untuk pernikahan putra kalian."

Lihat selengkapnya