Kalau ada istilah kupu-kupu untuk mahasiswa yang hanya kuliah-pulang, kuliah-pulang, maka Alsha lebih dari itu, Ia berasal dari spesies kupu-kupu yang cukup langka. Bagi Alsha kehadirannya di kelas hanyalah sebuah formalitas. Hanya untuk mengumpulkan absen, untuk kemudian mencari tempat duduk paling belakang, bermain handphone, melamun menikmati dunianya sendiri, dan menjawab hanya ketika ditanya. Alsha juga jenis mahasiswa yang tidak pernah mau ikut mengerjakan tugas kelompok. Bagi teman-teman Alsha, berada satu kelompok dengannya adalah sebuah bencana besar. Kalau pun ada tugas individu, Alsha sudah punya langganan untuk mengerjakan tugas-tugasnya itu. Ia hanya tinggal menyerahkan sejumlah uang, maka semua tugasnya akan selesai
Di kelas Alsha mendapat julukan “charming lonely” karena Alsha tidak banyak bergaul dengan teman-teman sekelasnya, bukan karena Alsha bermasalah dengan kemampuan bersosialisasi tetapi Ia merasa teman-teman sekelasnya tidak ada yang satu frekuensi dengannya. Di luar sana, Alsha justru dikenal sebagai perempuan yang memiliki banyak teman. Lagipula siapa yang akan menolak berteman dengan gadis secantik Alsha, bahkan banyak laki-laki yang mendambakan cintanya. Hidup Alsha setidaknya ramai, tidak seperti ketika berada di rumah.
Pagi ini, seperti biasa Alsha masuk kelas dengan cueknya, melenggang cantik seperti di catwalk menuju kursi paling belakang, tempat favoritnya. Wajahnya yang setengah bule selalu mengundang decak kagum teman-teman sekelasnya.
Kelas yang tadinya hanya terdengar suara bisik-bisik obrolan teman-temannya tiba-tiba berubah menjadi riuh. Mengusik lamunan Alsha. Alsha yang tidak tahu apa-apa kemudian bertanya pada teman yang duduk di sampingnya
“Kenapa sih?”
“Ada kuis dadakan sha.”
“Oooh.” Ucap Alsha santai.
Alsha yang sejak awal tidak berminat dengan Bisnis dan Manajemen tidak pernah peduli dengan kuliahnya. Mau ada kuis mendadak, ujian mendadak, Alsha tidak peduli. Memangnya kenapa kalau mendadak? Takut nilainya jadi jelek? Mendadak atau pun tidak bagi Alsha tidak ada bedanya. sekali lagi Alsha gak akan peduli dengan itu. Ia hanya berusaha menjalani kuliahnya dan entah bagaimana pun caranya harus lulus, sesegera mungkin melepaskan tali pengekang di lehernya.
Kalau bukan karena obsesi kedua orangtuanya yang menginginkan Alsha menjadi pengusaha seperti mereka, Alsha tidak mungkin ada di kampus ini. Walau pun pada akhirnya nanti Alsha akan jadi pewaris bisnis kedua orangtuanya, tetapi mereka ingin Alsha punya ilmu yang diperoleh dari pendidikan formal untuk mengelola bisnis mereka. “Sha mama sama papa yang nggak kuliah aja bisa sukses, apalagi kamu nanti, iya kan.” Kata-kata itulah yang selalu mama ucapkan pada Alsha. Kata-kata yang justru membuat Alsha muak.
Alsha menatap lembaran soal di depannya dengan santai. Gampang, tinggal mengarang bebas, batinnya.