Sesuai dengan perintah mama, Alsha sudah ada dirumah sebelum pukul tujuh malam. Ia mencoba berdamai dengan dirinya sendiri, menuruti perintah mamanya. Sejujurnya Alsha berharap mamanya benar-benar ada dirumah, menunggunya, menyambut hangat kedatangannya, menyiapkan makan malam untuknya. Tetapi apa yang ia dapatkan dirumah? Rumah besar itu tampak lenggang, seperti tak berpenghuni. Alsha sadar, seharusnya sudah sejak dulu ia membuang jauh harapan itu. tidak seharusnya ia berharap, karena sudah pasti ia akan kecewa.
Seperti biasa, Mang Min dan Bi Iroh lah yang menyambut kedatangan Alsha. Mang Min dan Bi Iroh adalah asisten rumah tangga keluarganya. Lebih dari itu keduanya sangat berarti bagi Alsha, merekalah yang selama bertahun-tahun menemani Alsha. Keduanya bahkan telah menganggap Alsha seperti anak mereka sendiri, karena hingga usia pernikahan mereka yang menginjak tiga puluh tahun, suami istri itu tidak memiliki anak.
“Non udah pulang?” seperti biasa Bi Iroh selalu menyambut kedatangan Alsha dengan senyum sumringah.
Ah… andaikan itu mama, batin Alsha.
“Gimana kuliahnya? Lancar? Tadi masuk kelas kan, gak bolos?” Bi Iroh menggoda Alsha.
Lihatlah bahkan Bi Iroh jauh lebih peduli padanya dibandingkan mama, lagi-lagi batin Alsha protes.