Smartphone Alsha berbunyi. Sella Calling…
“Iya Sell…”
“Ada kerjaan nggak?”
“Nggak ada, kenapa?”
“Keluar yuk!”
“Nggak deh, gue lagi males nih.”
“Ayolah… gue bawa mobil deh, nanti gue jemput elo.” Sella memaksa
“Iya deh, gue siap-siap dulu ya.” Alsha akhirnya mengikuti ajakan Sella. Mematikan sambungan handphone. Melompat dari ranjang besarnya menuju lemari pakaian.
***
“Mau kemana za?” Ariq memalingkan wajah dari layar smartphone-nya.
“Qiyamul lail.”
“Ngimam?”
“Iya, ikut yuk!”
“Malam ini nggak deh Za, ngantuk.”
“Kalau ngantuk tu tidur, bukan malah main game.” Mirza menimpuk Ariq dengan handuk ditangannya.
“Ampun… Syeikh, izin dulu ya malam ini.” Ariq pura-pura memohon pada Mirza dengan muka memelas.
Mirza hanya tersenyum kecil melihat tingkah teman satu rumahnya itu.
“Ya udah aku jalan dulu ya. Pintu jangan lupa dikunci Riq” Mirza mengingatkan Ariq yang terkenal pelupa.
“Iya ati-ati ya.” Ariq menjawab tanpa memalingkan tatapannya dari smartphone.
“Pintu jangan lupa dikunci Riq.” Mirza mengingatkan Ariq lagi.
“Iyeee pak ustad!!! Bawel… ati-ati dijalan yee…” laki-laki berkulit putih keturunan Palembang-Betawi itu bangkit dari duduknya kemudian mengiringi langkah Mirza sampai di depan pintu. Begitu Mirza keluar rumah, Ariq langsung mengunci pintu. Mirza hanya geleng-geleng kepala dibuatnya.
***
Alsha dan Sella sudah bersiap untuk pulang, tetapi tiba-tiba saja mobil Sella tidak bisa distarter.
“Aduh… gimana dong Sha??” Sella berteriak panik
Alsha hanya membatu ditempatnya sambil tersenyum tipis, tidak memperdulikan Sella yang sedang panik, ia masih asik dengan lamunannya.
“Woi… ini gimana nih, mobilnya mogok!!!” Sella mengguncang tubuh Alsha.
Alsha terkejut “Hah… apa???” Alsha gelagapan, Entah kenapa sejak di rumah sampai di club tadi pikiran Alsha tidak fokus, ia selalu terbayang pada kejadian disaat pertama kali bertemu Mirza. Disaat Mirza menolongnya.