Upacara memperingati hari kemerdekaan Indonesia baru saja selesai dilaksanakan di lapangan kantor desa. Ada yang berbeda dari upacara di sana tahun ini, karena yang menjadi petugas upacara adalah mahasiswa KKN. Upacara berlangsung dengan lancar dan khidmat, dihadiri bapak kepala desa beserta stafnya, para ketua RT, tokoh masyarakat dan beberapa warga desa.
Alsha menggerutu panjang lebar sambil mengelap keringat di dahinya, seperti biasa cuaca sudah terik sejak pagi hari.
"Aduuh..., tadi pagi aku lupa pake sunscreen, muka aku bisa kebakar nih." Alsha memegangi pipinya, "Fa, muka aku merah gak? Keliatan item gak." Alsha berseru panik.
"Nggak kok Sha, tetap cantik kok." Safa tersenyum, menenangkan Alsha.
"Aku nggak butuh kalimat gombal dari kamu Fa, aku butuh kejujuran kamu."
Safa tertawa, "Aku nggak gombal, nggak ada yang berubah dari muka kamu Sha. Udah ah, ayo kita ke lapangan, sebentar lagi kita mau ngadain perlombaan." Safa mengamit lengan Alsha.
Alsha mengikuti langkah Safa dengan gusar, sebentar lagi mimpi buruk yang sebenarnya akan terjadi, Alsha menjerit di dalam hati.
Di lapangan yang tidak jauh dari rumah pak Engkus, warga desa yang didominasi anak-anak sudah berkumpul. Mereka tampak bahagia, karena kakak-kakak yang berada di desa mereka akan mengadakan perlombaan. Mereka semua sudah antusias sejak pengumuman disampaikan satu minggu yang lalu. Setelah pulang upacara di sekolah, sekarang bocah-bocah lugu itu sudah siap mendaftarkan diri mereka untuk ikut perlombaan.
"Ayooo sekarang semuanya berbaris dulu yang rapi ya." Safa mengintruksi anak-anak di depannya. Ia dan Alsha mendapat tugas menjadi panitia pendaftaran lomba.
"Ayo baris yang rapi, kalau nggak teteh nggak akan buka pendaftarannya." Safa kembali mengintruksi anak-anak yang justru semakin rusuh.
"Saya mau ikut lomba balap karung teh!"
"Saya mau ikut lomba makan kerupuk!"
"Saya juga teh!"
"Saya mau lomba tarik tambang!"
"Iya, iya, nanti semuanya boleh ikut lomba." Safa menenangkan.
Alsha menatap nanar bocah-bocah tengil yang berteriak-teriak di hadapannya dan Safa. Mereka kini dikerumuni oleh bocah-bocah itu. Sebagian dari mereka ada yang tidak memakai alas kaki, ada yang ingusnya meler, dan ada juga yang bau matahari. Tangan-tangan kecil mereka tanpa sengaja menyentuh dan menarik baju Alsha dan Safa. Alsha rasanya ingin berteriak detik itu juga.
Beberapa menit kemudian anak-anak sudah bisa ditenangkan, mereka sudah berbaris rapi dan mengantri untuk mendaftarkan diri.
"Nah kalau sudah tertib begini, teteh baru buka pendaftarannya..."
"Udaaah Fa, jangan kebanyakan basa-basi, mulai di data aja mereka mau ikut lomba apa." Alsha berseru gusar, memotong ucapan Safa. Cuaca dipagi itu semakin panas, ditambah lagi dengan barisan bocah-bocah di depannya.
Safa, mendelik kikuk ke arah Alsha. Kemudian mulai mendata anak-anak yang akan mengikuti lomba.
***
Pukul sepuluh pagi perlombaan untuk anak-anak sudah dimulai. Perlombaan khusus orang dewasa akan dimulai setelah shalat dzuhur.
Akhirnya Alsha bisa sedikit beristirahat setelah menyerahkan data anak-anak yang akan mengikuti lomba kepada masing-masing panita lomba.