Rangkaian kegiatan tujuh belasan terus berlangsung. Malamnya dilanjutkan dengan pertandingan badminton yang dilaksanakan di lapangan kantor desa. Seluruh mahasiswa ikut berpartisipasi dalam kegiatan itu, kecuali alsha, dengan alasan tidak enak badan ia lebih memilih untuk tinggal di rumah sendirian. Sebetulnya tangannya memang sakit, karena lomba tarik tambang tadi siang.
Alsha merebahkan tubuhnya di kasur. Ia tersenyum bahagia, ia ingin memanfaatkan waktu yang sedikit ini untuk beristirahat dengan tenang, sebelum besok memulai kembali kegiatan KKN yang melelahkan. Tiba-tiba perut Alsha keroncongan. "Makan mie instan sambil ngedrakor enak nih, mumpung rumah lagi sepi." Sebuah ide cemerlang muncul di kepala Alsha. Ia membuka koper besarnya, mengeluarkan mie instan dari sana. Koper besar itu sudah seperti toko serba ada.
Alsha berjalan keluar kamar menuju dapur untuk memasak mie instan. Ia baru sampai di pintu dapur, tiba-tiba saja listrik padam. Seluruh ruangan menjadi gelap gulita. Alsha menjerit ketakutan.
***
Babak final pertandingan bulu tangkis baru saja dimulai, ketika tiba-tiba listrik padam. Seluruh warga desa berteriak kecewa. Pertandingan terpaksa dihentikan untuk sementara.
Sebagian warga desa sibuk mencari penerangan. Sebagian lagi memanfaatkan fitur senter dari handphone masing-masing. Mereka lalu berkumpul sambil mengobrol, menunggu listrik kembali hidup.
Tiba-tiba Mirza teringat dengan seseorang. Entah mengapa ia mengkhawatirkan Alsha yang tinggal dirumah sendirian. Bagaimana kalau perempuan itu ketakutan. Ia kemudian berlari menuju rumah pak Asep.
Ariq yang berpapasan dengan Mirza dijalan sehabis mengambil lampu emergency di rumah pak Engkus tidak banyak bertanya, ia hanya menoleh sekilas ke arah Mirza yang terus berlari.
Begitu sampai di rumah pak Asep, Mirza langsung menerobos masuk ke dalam rumah. Rumah itu gelap gulita, tidak ada cahaya sedikit pun. Dengan dibantu cahaya senter dari handphone-nya, Mirza mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan sambil memanggil Alsha. Tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Ia kemudian mendengar suara seseorang yang sedang terisak di dekat dapur. Mirza mendekati sumber suara itu. Ia terkejut melihat Alsha yang sedang duduk meringkuk ketakutan sambil memejamkan mata.
Cahaya dari senter handphone Mirza menyadarkan Alsha akan kehadiran seseorang. Ia membuka matanya, menyadari kehadiran Mirza.
"Alsha!!! Kamu nggak apa-apa kan?" Mirza berjongkok mendekati Alsha.